Proses terjadinya tsunami adalah berawal dari gerakan vertikal pada lempeng yang berupa patahan/sesar. Patahan ini menyebabkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba atau dalam fase ini dinamakan gempa bumi. Biasanya gempa bumi terjadi di daerah subduksi. Karena adanya gempa bumi ini pula keseimbangan air di atasnya terganggu sehingga terjadi suatu aliran energi air laut. Energi ini berupa gelombang bergerak menuju pantai.
Hanya gempa dengan kekuatan tinggi yang dapat menyebabkan tsunami atau dengan kata lain gempa dengan kekuatan sekurang-kurangnya 6.5 SR (Skala Ritcher). Lokasi terjadinya gempa juga menjadi pertimbangan, gempa bumi yang berpusat di tengah laut dangkal (0-30 km) dapat menyebabkan proses terjadinya tsunami lebih cepat sampai daratan. Selain itu, pembentukan tsunami juga disebabkan oleh letusan gunung merapi di dasar lautan. Letusan tersebut menyebabkan tingginya pergerakan air laut atau perairan di sekitarnya. Semakin besar tsunami, makin besar pula banjir atau kerusakan yang terjadi saat menghantam pantai.
Kecepatan gelombang tsunami bisa mencapai 700 km/jam. Di tengah lautan luas, tinggi gelombang tsunami hanya sekitar beberapa sentimeter dan meter, tapi ketika mencapai pantai, tingginya bisa mencapai puluhan meter. Ketinggian gelombang tsunami dipengaruhi oleh bentuk pantai dan kedalamannya. Gelombang tinggi dan cepat ini yang akan sampai ke daratan dan menerjang kawasan pantai.
Bencana tsunami selalu membawa kerusakan yang besar. Kehancuran infrastruktur dan hilangnya nyawa penduduk menjadi akibat yang paling pedih bagi masyarakat yang terkena bencana tersebut. Oleh karena itu, kita harus waspada dan mempersiapkan diri menghadapi bencana ini. Namun, kita tidak perlu terlalu khawatir karena tsunami tidak selalu terjadi di kawasan pantai. Selain itu, gempa bumi dan letusan gunung merapi yang terjadi tidak selalu diiringi tsunami.
Ferdiansyah Panca Nugraha Adha
XI MIPA 2
14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar