Tentang Karma dan Bayang-Bayang

 


 

Identitas cerpen

Judul cerpen                      = Memakan Wajah Ibu

Nama pengarang             = Bagus Sulistio

Ilustrator                             = doc.ruangsastra.com

Tanngal publikasi              = Minggu, 21 Februari 2021

Penerbit                              = Radar Banyumas (Repost: ruangsastra.com)

Pendahuluan

Bagus Sulistio. Lahir di Banjarnegara, Agustus 2000. Saat ini bergiat di Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban IAIN Purwokerto. Berdomisili, nyantri di Ponpes Al Hidayah Karangsuci, Purwokerto.

Isi resensi

Sinopsis

Namanya Toni. Tipikal remaja yang menyukai keriuhan. Memanfaatkan topeng untuk menyuarakan suara rakyat demi ikut serta dalam kegiatan yang menurutnya hanyalah sekadar pesta. Hari itu pula, Toni bersiap dan membawa bensin. Ibunya bertanya mengenai tujuan Ia pergi. Lelaki itu mencoba beralih dari pertanyaan ibunya dengan alasan kuliah. Bahkan, Ia berani meninggalkan rumah tanpa sepatah kata ketika ditawari sepiring sarapan. Sama sekali tak terlintas di pikirannya apa yang akan menjadi dampak pemberontakannya. Dampak perbuatan dirinya yang memicu kobaran abi ditengah para demonstran. Sama sekali tak terlintas. Tongkat polisi yang mendarat pada kepalanya itu sama sekali tak terpikirkan.

Kini Toni terjebak dalam bayang-bayang penyesalan. Ia hanya dapat termenung di pojok sel, tatapannya hampa. Setiap kali Ia dihadapkan dengan sepiring makanan, skenario terakhir dimana Ia mengabaikan Ibunya, wajah ibunya, seakan berputar di kepala.

Keunggulan

Penulis menggunakan bahasa yang sederhana dan pemilihan kata yang tepat sehingga tidak membosankan serta mudah dipahami. Penulis juga memilih topik yang dapat dengan mudah kita relate. Amanat disampaikan secara tersirat namun dapat ditangkap pembaca dengan mudah.

Kelemahan

Cerpen banyak mengulas mengenai kekerasan dan perilaku pemuda yang sangat jauh dari kata teladan. Pembaca diharuskan bijak dalam menilai perilaku demikian atau akan berdampak negatif.

Rekomendasi

Cerpen ini cocok untuk kalangan remaja, terutama yang kurang berbakti kepada orang tuanya, karena mengandung amanat yang dalam mengenai betapa pentingnya sikap menghargai orang tua. Cerpen ini merupakan bacaan yang menarik dan penuh hikmah. Mengulas sisi kehidupan yang seringkali kita jumpai baik di kehidupan pribadi maupun melalui kisah orang lain. Alangkah baiknya apabila penulis dapat memberi seidikit penjelasan mengenai akhir hubungan diantara kedua tokoh utama supaya tidak membingungkan.

Nama : Talitha Daffa A

Kelas : XI MIPA 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar