Kanibalisme merupakan fenomena dimana antara satu individu memakan individu lain yang sejenis. Fenomena ini juga dinamakan anthropophagus, dalam Bahasa Yunani anthrôpos artinya manusia dan phagein artinya makan. Kata “kanibal” secara estimologi diambil dari Bahasa Belanda yang dimana juga diambil dari Bahasa Spanyol yaitu Canibal, yang merujuk orang dari Karibia, dan di Karibia tersebut para penjelajah menemukan fenomena ini. Kata “kanibal” dalam KBBI mempunyai arti orang yang suka makan daging manusia, pemakan daging sejenis, binatang yang suka membunuh dan memakan binatang lain yang sejenis, ternak yang suka menggigit atau mematuki temannya sampai luka.
Praktik kanibalisme sudah terjadi sejak zaman purba, dimana para manusia purba melakukannya untuk beberapa kepentingan seperti untuk bertahan hidup dan untuk melakukan ritual kepercayaan tertentu yang terdapat pada zaman tersebut. Penyebab seorang melakukan kanibalisme pada zaman modern adalah keinginan akan hastrat, ritual, dan bentuk dari menghilangkan barang bukti dalam kasus seperti pembunuhan.
Pada zaman dahulu, praktik kanibalisme dilakukan oleh manusia pada zaman tersebut untuk melakukan praktik pengobatan. Pada zaman dahulu teknologi dan pengrtahuan manusia belum canggih seperti saat ini, mulai dari transplantasi organ, penelitian sel, dan lain-lain. Pengobatan yang dilakukan dalam bentuk kanibalisme salah satunya terjadi pada abad pertengahan, bubuk mumi yang ditumbuk diimpor dari Mesir dan sangat populer di Eropa. Praktik tersebut bukan sepenuhnya didasari pada suatu penelitian, melainkan dari berkembangnya mitos, kepercayaan, dan takhayul seperti meminum darah gladiator, darah wanita atau pria muda, darah dari seseorang yang telah dieksekusi mati, dan lain-lain.
Dampak dari praktik kanibalisme bagi manusia seperti yang dilakukan oleh suku Fore yang berada di Papua Nuigini adalah terjangkitnya penyakit menular yang dinamakan penyakit Kuru, penyakit Kuru adalah penyakit neurodegeneratif karena infeksi prion dalam jaringan otak manusia yang dilansir dari National Center for Biotechnology Information, prion sendiri adalah protein penyebab penyakit. Praktik kanibalisme menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke, dapat mengakibatkan gangguan neurologis yang disebut ensefalopati spongiform transmissible (TSE) dan disebit juga penyakit “sapi gila”. Gejala umum TSE meliputi perubahan kepribadian, munculnya gerakan menyentak tanpa disengaja, sensasi yang tidak biasa, insomnia, kebingungan, sakit kepala parah, dan masalah ingatan pada pelakunya.
Inti masalah dari dilakukannya praktik kanibalisme yang dilakukan oleh manusia dan masih ditemukan hingga saat ini adalah suatu latar belakang atau penyebab diantaranya suatu kepercayaan akan ajaran suatu suku atau perkumpulan, tindakan untuk menghilangkan barang bukti suatu kasus, bertahan hidup, dan bisa terjadi oleh individu atau kelompok yang memiliki gangguan kejiwaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar