Identitas Buku
Judul : Janji
Penulis : Tere
Liye
Penerbit : Sabak
Grip Nusantara
Kota Penerbit : Depok
Tahun Terbit : 2021
Jumlah Halaman : 488
Pendahuluan
Janji merupakan novel ke-48 dari semua karya
Tere Liye. Tere Liye merupakan salah satu penulis yang sangat terkenal di
Indonesia. Tere Liye memiliki nama asli Darwis yang lahir di Sumatra Selatan
pada tanggal 21 Mei 1979. Tere Liye telah menulis banyak sekali novel, bahkan
ada beberapa novel miliknya yang diadaptasi ke layar lebar. Novel-novel
tersebut berjudul Hafalan Shalat Delisa, Bidadari-Bidadari Surga, Moga Bunda Disayang Allah, dan Rembulan Tenggelam di Wajahmu.
Dengan karya yang begitu luar biasa, tak heran jika Tere Liye
mendapatkan beberapa penghargaan. Beberapa penghargaan yang pernah didapatkan
Tere Liye yaitu IKAPI Award 2016 dan Islamic Book Fair (IBF) ke-16. Tere Liye memiliki
ciri khas tersendiri dalam menulis karya-karyanya. Dia dikenal sebagai penulis
yang biasanya menyajikan seputar moral, pengetahuan, dan agama Islam. Begitu
pula dengan novel Janji yang mengandung banyak nilai moral, pengetahuan,
dan sangat menonjolkan agama Islam.
Ringkasan Isi Buku
Dalam novel
ini, kisah dimulai dari keadaan sekolah agama yang sibuk karena kedatangan tamu
agung. Tamu agung yang dimaksud di sini adalah seorang politikus yang sebentar
lagi akan mengikuti pemilihan umum. Persiapan di sekolah agama sudah sangat
matang saat politikus tersebut, staf-stafnya, dan para wartawan datang. Rebana
segera ditabuh, suara beberapa anak sekolah agama yang bershalawat terdengar,
dan guru-guru segera menyalami para tamu. Seorang laki-laki berusia lima puluh
tahun, dengan sorban putih, tersenyum menyambut tamunya di bawah bibir
panggung. Dia masih terhitung muda untuk seorang ulama masyhur, tetapi ilmunya
luas, pemahamannya mendalam, berguru langsung dari ulama-ulama terkemuka di
semenanjung tanah kelahiran Nabi, menguasai enam bahasa sekaligus, dan
merupakan putra pertama pendiri sekolah agama tersebut. Murid-muridnya
memanggilnya Buya, alias ayah. Tamu agung segera memeluk Buya kemudian
rombongan tersebut naik ke atas panggung untuk memulai acara.
Semua tampak
biasa saja. Tidak ada yang istimewa dari acara tersebut. Semua berjalan lancar
sesuai rencana. Akan tetapi, ternyata salah. Sungguh ada yang istimewa di acara
tersebut. Saat cangkir-cangkir teh dihidangkan, nampan-nampan kue kecil disajikan,
dan rombongan tamu agung dijamu kudapan. Ketika itulah, diam-diam sesuatu telah
terjadi. Ternyata, teh yang terlihat enak itu rasanya sangat asin. Tamu agung
dan rombongan berusaha keras untuk dapat menghabiskan secangkir teh tersebut.
Mereka tidak mungkin dapat menolak jamuan yang dberikan Buya, sedangkan
terdapat puluhan wartawan yang sedang meliput acara tersebut.
Tidak ada
yang tahu dengan hal tersebut, tidak dengan puluhan wartawan, ribuan murid, dan
guru. Akan tetapi, terdapat tiga murid tertawa-tawa di belakang panggung.
Mereka berhasil mengerjai tamu agung. Itu adalah puncak kenakalan mereka tiga
tahun terakhir, sebagai Tiga Sekawan pembuat masalah. Mereka yang diam-diam
menumpahkan garam ke cerek air teh khusus untuk rombongan tamu agung.
Satu jam
setelah acara, Buya memanggil Tiga Sekawan untuk datang ke ruangannya. Nama
mereka adalah Hasan, Baso, dan Kaharuddin. Buya baru mengetahui rasa teh yang
asin setelah melihat cerek teh khusus untuk rombongan tamu agung dikerumuni
semut yang berbeda, semut penyuka garam. Kemudian, Buya menceritakan kepada
Hasan, Baso, dan Kaharuddin tentang seorang murid yang sangat nakal, lebih
nakal dibandingkan mereka bertiga. Namanya Bahar. Kenakalannya bahkan sampai
membuat temannya meninggal. Hal ini membuat ayah dari Buya, pendiri sekolah
agama, berputus asa dan mengeluarkan Bahar dari sekolah tersebut. Akan tetapi,
ayah dari Buya mengalami mimpi yang sama selama tiga hari berturut-turut
setelah mengeluarkan Bahar. Dia bermimpi bahwa saat sedang di padang mahsyar,
ada seseorang naik kendaraan yang sangat indah dan menyuruhnya untuk ikut naik.
Anak itu adalah Bahar, murid yang sudah dikeluarkan dari sekolah agama. Setelah
itu, ayah dari Buya berusaha untuk mencari Bahar. Akan tetapi, dia tidak pernah
menemukan Bahar. Bahkan setelah Buya tahu dan ikut mencari Bahar, mereka tetap
tidak menemukannya.
Buya
memberikan hukuman kepada Tiga Sekawan untuk mencari Bahar. Jika mereka bertiga
berhasil menemukan Bahar maka mereka boleh meninggalkan sekolah agama itu,
seperti yang selama ini mereka inginkan. Perjalanan dimulai ketika Hasan, Baso,
dan Kaharuddin mulai mencari Bahar. Mereka berhasil menemukan fakta-fakta
menarik mengenai kehidupan Bahar setelah keluar dari sekolah agama.
Keunggulan Buku
Novel Janji mengangkat topik sederhana, tetapi sangat
menarik. Novel ini dikemas dengan menggunakan bahasa yang mudah dipahami sehingga
tidak akan membuat pembaca merasa kebingungan. Jalan cerita dalam novel ini
juga tidak membosankan sehingga membuat pembaca ingin terus membuka halaman
berikutnya. Selain itu, banyak sekali nilai moral yang dapat diambil dari novel
ini yang tentunya akan sangat bermanfaat untuk pembacanya.
Kekurangan Buku
Tidak terdapat daftar isi
dalam novel Janji sehingga menyulitkan pembaca saat ingin mencari
bagian-bagian tertentu. Selain itu, Tere Liye tidak konsisten dalam
menggambarkan tokoh Buya. Di bagian awal novel, digambarkan bahwa Buya menyesal
karena telah mengusir Bahar dari sekolah agama. Akan tetapi, dibagian akhir
novel Buya digambarkan sangat tenang saat mengusir Bahar dari sekolah agama
karena Bahar telah berjanji untuk memegang lima pusaka sebagai syarat dia boleh
meninggalkan sekolah tersebut.
Rekomendasi
Novel ini sangat menarik dan wajib dibaca oleh orang-orang yang sedang merasa putus asa ataupun merasa belum bisa menjadi manusia yang baik di mata Sang Pencipta. Kisah hidup Bahar dalam novel Janji memberikan banyak sekali pelajaran dan dapat menjadi penyemangat untuk terus berjuang dalam menjalani kehidupan serta tidak menyerah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar