Resensi Rumah Ibu

Judul: Rumah Ibu

Nama Pengarang: Harris Effendi Thahar

Penerbit: Kompas


Sinopsis

Pada malam ke delapan sudah tidak ada lagi rombongan takziah yang datang untuk menyumbang doa untuk almarhum bapak yang baru saja pergi meninggalkan dunia fana dalam usianya yang kedelapan puluh. Suasana senja menjelang makan malam makin terasa sendu, terutama bagi ibu yang kehilangan bapak ketika usianya tujuh puluh lima. Anak anak ibu mulai mengkhawatirkan kondisi ibunya yang sekarang sudah sendirian di rumah ini, Hanum mengajak ibunya agar tinggal bersamanya di Medan, Rumah ini biar dikontrakan saja, dan mobil butut kijang super bapak agar dijual saja. Namun ibunya berkata tidak akan meninggalkan rumah ini sampai aku menyusul bapakmu. Pada saat makan malam, Arwan berkata bahwa tadi siang kami sudah membelikan tiket untuk bertiga, dengan maksud mengajak ibu untuk berlibur ke Jakarta, disusul oleh ajakan ke Bandung oleh Aina dan ke Medan oleh Hanum. Namun ibunya memilih tetap tinggal dengan alasan ibu adalah ketua penasihat majelis taklim kaum ibu di masjid, dan harus sholat berjamaah di masjid, serta tidak bisa meninggalkan rumah kecintaan ibu dan bapak ini. Tak sengaja menyebut bapak dalam obrolan, air matanya mulai jatuh lalu batuk batuk, Aina pun membawakan kotak obat ibu, kondisi ibu semakin parah ketika sesak napas dan muntah, Arwan memacu kendaraan membawa ibu ke Instalasi Gawat Darurat Rumah sakit umum di pusat kota.



Keunggulan: Cerpen ini mengandung banyak pelajaran pentingnya berbakti kepada orang tua terutama ibu, dengan tetap peduli dengan kondisinya, menawarkan jalan yang terbaik untuk ibu.


Kelemahan: Kurangnya pengenalan tokoh pada awal cerita.

Rekomendasi: Cerpen ini bagus untuk dibaca, untuk diambil hikmahnya oleh para pemuda agar bisa lebih menghormati orangtua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar