Judul Cerpen : Mimpi Buruk Talita
Penulis : Arafat Nur
Penerbit : Jawa Pos
Tahun Terbit : 2022
Pendahuluan
“Mimpi Buruk Talita” merupakan sebuah cerpen karya Arafat Nur, seorang sastrawan berkebangsaan Indonesia. Namanya dikenal melalui karyanya berupa puisi, cerpen, dan novel yang dipublikasikan ke berbagai media massa. Dia juga telah memenangi sejumlah penghargaan.
“Mimpi Buruk Talita” bercerita tentang seorang gadis cantik yang berumur 37 tahun sedang menunggu lelaki yang akan melamarnya lagi setelah ia menolak lamaran dari beberapa lelaki yang hendak melamarnya.
Inti/isi Resensi
Cerpen ini bercerita tentang seorang wanita yang bernama Talita menikah dengan seorang lelaki buruk rupa yang tinggal di pelosok desa, dan Talita menginginkan apa yang dialaminya sekarang tetap sebagai mimpi buruk. Namun, kenyataannya ini semua bukan mimpi buruk, melainkan kenyataan yang sangat buruk.
Sudah nasib atau tepatnya sudah takdirnya bagi Talita yang bersuami dengan seorang lelaki yang berkulit gelap, wajah dipenuhi bopeng parut luka cacar, mata kecil, hidung besar, dan cuping telinganya agak besar. Suaminya tinggal di sebuah desa yang sangat terpencil diselubungi hutan pinus yang dibawahnya dipenuhi semak berlukar. Konon, desa tempat tinggal suami Talita masih sangat kolot. Penduduknya masih mandi telanjang bulat di sungai, menyembah pohon dan batu, percaya takhayul, dan suka main sihir.
Demikianlah orang-orang dilingkungannya bertanya-tanya tak habis pikir. Mengapa Talita yang cantik, perawan kota yang menarik itu bisa mendapatkan lelaki kampung pelosok yang buruk rupa. Namun, Talita yang berparas jelita dan kemayu itu memang tidak ada lagi yang melamar. Talita menolak lamaran tujuh lelaki sampai usianya di pengujung tiga puluhan, tidak seorang pun lelaki yang datang untuk melamarnya. Jangankan orang tuanya, dia sendiri begitu ketakutan menjadi perawan tua seumur hidupnya. Lantas, Talita bersumpah. Siapa pun lelaki kedelapan yang datang melamar akan langsung diterimanya.
Pada akhirrnya Talita bertemu dengan seorang lelaki yang bernama Toro. Dari peristiwa kecil itulah akhirnya hubungan Talita dan Toro berlanjut hingga ke jenjang pernikahan. Seorang lelaki bernama Toro tersebut merupakan suami Talita yang memiliki paras buruk rupa itu. Talita pun tinggal di rumah mertuanya di pelosok desa mengikuti suaminya. Dia berpikir ingin mencoba hidup dan tinggal di suasana desa yang terpencil. Namun, tidak untuk desa tempat tinggal Toro yang berada di sebuah desa terpencil di tengah hutan yang penduduknya masih sangat kolot membuat Talita harus terbiasa dengan semuanya.
Setelah sekian lama tingggal di desa terpencil itu Talita diketahui sedang hamil, hingga seorang dukun datang ke rumah. Dia memberikan buntelan kain sebagai azimat yang tidak boleh di lepas dari tubuhnya dan sederetan pantangan yang harus dipatuhi. Akhirnya hidup Talita terkungkung. Apa pun tidak boleh dilakukan kecuali sepengetahuan suami dan mertuanya. Hidup di desa terlalu banyak pantangan dan larangan hingga Talita stres. Di dalam tidurnya Talita bermimpi bahwa ia telah menikahi lelaki berrasal dari bangsa jin. Dan, dia mengandung anak jin sampai kemudian melahirkan bayi lelaki yang aneh dan menyeramkan. Talita pun tersadar bahwa itu hanyalah mimpi buruk.
Tatkala Talita melahirkan seorang bayi lelaki yang berwajah menyeramkan persis seperti dalam mimpi buruknya.
Keunggulan Cerpen
Cerita ini lebih cocok untuk dibaca oleh kalangan anak remaja dan dewasa, bahasa yang digunakan penulis sederhana sehingga mudah dipahami oleh pembaca.
Kekurangan Cerpen
Sering ditemukan penggunaan kata yang diulang-ulang atau pemborosan kalimat pada cerpen ini, dan pada akhir ceritanya juga kurang bisa dipahami dan sangat menggantung karena tidak dijelaskan bagaimana kehidupan selanjutnya setelah Talita melahirkan anak yang berwajah menyeramkan itu.
Penutup
Cerita pendek ini sangat direkomendasikan kepada kalangan remaja dan dewasa karena banyak mengandung pesan moral. Cerpen ini mengangkat tema kehidupan dan kemanusiaan yang didalamnya menceritakan “Talita” sang tokoh utama yang pada akhirnya menepati janji dan sumpahnya untuk menerima lelaki kedelapan yang akan melamarnya dan menjadi suaminya, meskipun lelaki yang akan menjadi suaminya itu memiliki banyak kekurangan, terutama dari segi wajah, penampilan dan pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar