Resensi Cerpen Rongga

 


Identitas Cerpen

Judul Resensi : Rongga Kesedihan

Judul Cerpen  : Rongga

Penulis                        : Noviana Kusumawardhani

Penerbit         : Kompas

Tahun Terbit  : 2010

 

Sinopsis

            Desa yang aneh. Saat warna merah di ujung langit, desa itu senyap. Begitu hening dan pulas. Meski lampu-lampu mulai dinyalakan, nyaris tak ada desah keluar. Suara bisu desir angin yang berbisik di celah hutan bambu, mencekam. Batu-batu jalanan desa seperti tahu bahwa tidak seharusnya suara menjadi penguasa saat senja mulai datang, dan kesedihan tanpa terasa saling menyapa di antara awan yang berwarna jingga.

            Kesedihan beranak pinak dan seperti bedug bertalu-talu memecahkan dada. Tapi, layaknya aturan dari Tuhan, di desa itu kesedihan tidak boleh dibicarakan. Seperti tiran, ketika kesedihan dibicarakan, tanpa ampun lagi, kerongkongan penduduk berlubang dengan sendirinya, dan suara selamanya tidak akan pernah keluar dari mulutnya.

Sepanjang pagi dan siang yang tampak hanya wajah-wajah bahagia, tawa yang menggelegar, basa-basi yang begitu meruah. Orang-orang yang berongga di lehernya pun akan selalu menampakkan muka terbaik mereka. Membentuk senyuman. Mereka seperti mencoba menebus keteledorannya karena sudah membuka kesedihan kepada angin dan suara. Dunia adalah bahagia, begitulah jargon yang berlaku. Kesedihan adalah kejahatan. Sebuah rasa yang, kalau perlu harus dimusnahkan.

Benar-benar desa yang suka cita. Semua mematuhi peraturan desa itu tanpa kecuali. Termasuk Kemplu, jagoan desa itu. Dia bahkan begitu gencar menggaungkan kampanye bahwa kesedihan adalah kejahatan besar. Air mata harus ditekan habis-habisan. Bahkan ketika badai besar menerbangkan keluarganya entah kemana, Kemplu tertawa gembira, diadakannya pesta besar dan dijamunya hampir seluruh penduduk desa. Tak lama kemudian dia kawin lagi dan beranak pinak. Benar-benar hidup harus berjalan katanya. Ditertawakannya orang-orang yang berongga di lehernya. Orang-orang yang lemah. Begitulah cemoohnya.

Hanya sebuah senja yang tidak bisa berbohong. Ketika warna di batas antara dunia dan mimpi itu seperti air mata yang hampir jatuh, kesedihan seperti menyeruak begitu saja dari dada para penghuni desa itu. Kepanikan selalu melanda setiap menjelang senja. Segera diikatnya dada mereka dengan tali yang begitu erat, mulut mereka ditutup dengan plester yang sangat kuat. Mereka mati-matian berusaha agar kesedihan itu tidak meledak, agar leher mereka tidak berongga dan kesakitan tidak menjadi teman sepanjang nafas yang tersisa. Mereka diam di rumah dengan peluh berbulir-bulir menahan agar ledakan dada yang sarat kesedihan tidak jebol dari mulut dan mata mereka.

Setiap orang mencari cara agar kesedihan tetap pada tempatnya; di ujung paling sepi hatinya. Kalau perlu Tuhan pun tidak boleh menemukannya.

 

Keunggulan

Cerpen ini memiliki makna yang sangat dalam dan memiliki pesan moral yang baik untuk para pembacanya. Penggambaran suasana yang detail juga membuat para pembaca semakin terbuai oleh cerpen ini.

 

Kelemahan

          Cerpen dengan judul Rongga ini memiliki kelemahan pada penggunaan tata bahasa yang terlalu tinggi membuat pembaca sulit memahami isi cerpen.

 

Rekomendasi

          Cerpen ini mengajarkan para pembaca untuk berterima kasih kepada kesedihan dan airmata karena bersamanya kita belajar kekuatan yang sempurna. Sebuah lingkaran tidak harus bulat penuh seperti halnya garis tidak selalu lurus. Cerpen ini cocok dibaca untuk semua kalangan usia karena cerpen ini memiliki pesan moral yang bagus dan dapat dijadikan sebagai motivasi diri.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar