Judul buku : Komidi Putar
Penulis : S Gegge Mappanegawa
Penerbit : Replubika
Tahun Terbit
: 2011
S
Gegge Mappanegawa lahir di Bilokka/Sidenreng Rappang, 31 Desember 1974, alumnus
Universitas Muslim Indonesia, Fakultas Teknik Jurusan Mesin, Makasar.
Pengalaman menulis, Juara I Lomba Menulis Cerita Pendek Islami (LMCPI) Majalah Annida 2008. Juara III Lomba Cipta
Cerpen Aneka Yess! 2002. Pemenang
lomba tulis cerita gokil/lucu Media Kita, 2007. Juara II Lomba Tulis Cerpen
Spontan pada Sastra Fair 1997, Universitas Hasanuddin. Ratusan cerpennya,
termuat di beberapa media. Penulis bergiat di Forum Lingkar Pena Wilayah
Sulsel, sebagai dewan penasihat di sela kesibukannya sebagai guru Sains dan
Wrirting Process di SIT Al Ashri Mkassar. Penulis bisa dihubungi di
masgege.blogspot.com atau di email mappangewa@hotmail.com
Mata
Ainun yang masih mengantuk langsung terbelalak ketika ia sadar, Aimah putrinya
yang sebelumnya tertidur di sampingnya kini tak ada di sampingnya. Ia terus
mencari putrinya yang masih berumur 3 tahun hingga ke kolong ranjang, namum
tetap tetap tidak ada. Dia teringat dengan perbincangannya dengan suaminya yang
mengatakan bahwa suaminya ingin membawa Aimah bersamanya. Ketika suaminya tidak
jadi membawa Aimah pergi, Aimah dininabobkan oleh nya dan betapa kagetnya
ketika ia mendapati anak putrinya yang td ia ninabobokan sudah tidak tertidur
di sampingnya. Ainun yakin kalau suaminya adalah pelaku yang membawa Aimah
pergi dari tempat tidurnya.
Setelah
Ainun yakin bahwa suaminya lah yang telah membawa pergi Aimah, dia langsung
keluar menembus malam yang pekat, berjalan menuju lapangan desa yang sedang ada
pertunjukan komidi putar. Suami Ainun merupakan pembalap tong edan yang
memiliki gaji lebih tinggi dari karyawan lainnya yang bertugas di kincir, balon
putar, Kuda Ramayana, dan ombak asmara. Tetapi diantara karyawan lainnya, suami
Ainun lah yang memiliki risiko kerja paling tinggi.
Galang
yang juga merupakan anak Ainun juga dibawa oleh suaminya ke komidi putar,
padahal Ainun belum mengiyakan permintaan suaminya untuk membawa Galang ke
komidi putar. Ainun heran, suaminya membawa anak nya ke komidi putar namun ia
tidak mengizinkan Ainun ikut pergi bersama mereka. Suaminya hanya berjanji,
akan mengembalikan anaknya sekali sebulan. Dua hari kepergian suaminya, Ainun
merasa curiga dengan suaminya. Selama ini Ainun selalu percaya bahwa suaminya
takkan menyeleweng.
Tetangga
Ainun juga mulai ikut sumbang saran, diantaranya ada yang berkata “Ainun,
lelaki semakin dipercaya semakin dia berpeluang memperdaya kita. Apa salahnya
kamu mengunjunginya di kampong sebelah?”. Ainun yang sebenarnya berat untuk
melangkahkan kakinya, akhirnya pun berangkat. Diantara keramaian pasar malam,
sejenak ia berdiri mematung di dekat pangung tong edan yang sementara
mengadakan pertunjukan. Awalnya dia takut melihat aktraksi maut suaminya, yang
terkadang berdiri di atas motor, lepas tangan, sambil mengendarai motornya
mengelilingi tong. Tanpa piker panjang, dia berlari menaiki tangga.
Ainun
heran, mengapa anaknya bisa ada dalam tong yang sedang mempertunjukkan aktraksi
edan. Ternyata Galang dibonceng bapaknya dan tidak ada ketakutan sedikitpun di
wajahnya, bahkan sesekali melepas tangan kanannya untuk mengambil saweran
pengunjung. Batin Ainun mengutuk suaminya yang ternyata menjadikan anaknya
pengemis dengan cara lain. Ketik mata anaknya yang tertuju padanya, seolah tak
mengenalnya Ainun terjatuh. Pingsan. Orang-orang mengerumuninya. Saat siuman,
suaminya berada di samping Ainun.
Ainun
mengatakan kepada suaminya, “Begitu cara kamu menjaga Galang?” dengan sinis.
Namun ketika anaknya melihat ibunya sudah bisa diajak bicara, dia memberikan
kalimat yang membuat Ainun semakin perih hatinya. Terjadilah perdebatan antara
suaminya dan Ainun, Suaminya terdiam dan membenarkan kalimat istrinya. Setiap
Galang ditanya mau sekolah dimana, jawabannya pasti mau sekolah dilapangan, dia
bahkan tidak mau pulang ke rumah juga tak mau sekolah. Padahal usianya sudah
memantaskan dia masuk TK. Setelah Galang dirampas masa depannya, kini Aimah
yang menjadi sasaran.
Tiba
di area pasar malam, langkah Ainun bergegas menuju tong edan yang mulai
mempertunjukkan aktraksi mautnya. Deru mesin motor yang memekkakan telinga,
seolah tak didengarnya. Malam ini ia harus mengambil putrinya pulang, bukan
karena Aimah anak wanita dan tak cocok ikut aktraksi tong edan, tapi karena dia
tak ingin anaknya kehilagan masa depan. Ketika Ainun melihat Aimah sedang dipanjati
motor, ia langsung teriak memanggil namnya dan seketika seorang pengunjung
bertanya pada nya “Ibu mengenal anak itu?”, “Dia baru dilatih. Dulu Galang,
kakaknya, juga begitu. Masih taku! Tapi lama-kelamaan, akhirnya jago juga
seperti bapaknya,” lanjutnya tanpa menyadari jika dia sedang berhadapan dengan
ibu dari anak yang dieksploitasi itu.
Ainun
berteriak seperti orang gila karena tidak kuat dengan perilaku suaminya. Dia
yakin, telah terjadi sesuatu pada Aimah yang sedang dibonceng dengan tubuh yang
diikatkan sarung, menyatu dengan tubuh bapaknya. Di belakang Aimah, Galang
berdiri sambil berpegang dipundak bapaknya. Galang melihat sosok ibunya
berteriak memanggil Aimah diantara mesin motor yang menderu. Galang langsung
membisiki bapaknya. Selintas dia melihat wajah suaminya seperti pencuri yang
ketangkap basah dengan barang bukti di tangan. Mungkin merasa bersalah, dia
menurunkan motornya ke dasar tong.
Ainun
berlari, menuruni panggung tong. Tapi saat tiba di pintu tong yang telah
terbuka, dia medapatkan suaminya, panik, mengguncangkan tubuh Aimah. Ainun
menanyakan kondisi Aimah kepada suaminya. Suaminya tak pernah menyangka jika
akan terjadi sesuatu pada diri Aimah. Tubuh kecil itu tetap kaku. Dingin. Ainun
yang menyaksikan ikut beku. Sayangnya saat Ainun siuman, dia tidak bisa membawa
Aimah pulang. Allah lebih duluan membawa Aimah pulang.
Keunggulan
dari cerpen ini adalah penggambaran suasana yang detail mengenai pertunjukan
tong edan pada saat pasar malam. Kita bisa membayangkan bagaimana keadaan pasar
malam yang pada saat itu riuh dengan aktraksi tong edan. Meskipun cerpen ini
menggambarkan suasana yang detail, namun alur dari cerpen tersebut
membingungkan untuk bisa memahami isi cerita tersebut.
Cerpen
komidi putar ini merupakan cerpen yang menarik. Itu bisa dilihat dari suasana
pasar malam pada saat itu yang digambarkan dengan pertunjukan aktraksi tong
edan hingga menarik perhatian penonton di pasar malam tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar