Kesenian Kuda Lumping

 


Kuda Lumping adalah kesenian rakyat atau tarian penunggang kuda (jaran) dengan kuda mainan yang terbuat dari bilahan anyaman bambu yang dirangkai sedemikian rupa. Kuda-kudaan tersebut ditambahkan aksesoris serta pewarnaan sehingga bentuknya menyerupai kuda sungguhan. Kesenian kuda lumping ini merupakan kesenian daerah Jawa tengah dan Jawa timur dengan penyebutan nama yang berbeda yaitu jaran kepang,jathilan, ebeg.


Kuda lumping dahulunya merupakan tarian sakral yang biasa diikutsertakan dalam upacara keagamaan. Setiap regu kuda lumping terdiri dari dua kelompok dengan dua orang pemimpin. Ada dua warna kuda yang digunakan sebagai properti tari. Pertama Kuda berwarna putih menggambarkan pemimpin yang menuju kebenaran sejati. Kedua kuda berwarna hitam menggambarkan pemimpin yang menuju kejahatan. Dalam permainan tersebut kedua pemimpin itu bertemu dan saling menggelengkan kepala. Hal ini menunjukan bahwa antara kebenaran dan kejahatan tak dapat bertemu. Lalu mundur beberapa langkah, maju lagi sesaat ketemu menggelengkan kepala dan begitu seterusnya dengan dikombinasi dengan gerakan lain.


Dalam permainan kuda lumping ini memiliki ciri khas yaitu memakai makutha (mahkota), pakainnya lebih tertutup dan diiringi lagu-lagu Jawa sinden seperti Ricik-ricik, Lung Gadung, Blendhong, Gudril, Eling-eling yang menjadi andalan dalam setiap pertunjukan jaranan.

Di dalam pertunjukkan Jaranan inti dari permainanya yaitu menampilkan satu adegan yang unik pada bagian tengah pertunjukan. Atraksi tersebut sebagaimana dikenal dalam bahasa Banyumasan dengan istilah mendhem. Pemain akan kesurupan dan mulai melakukan atraksi-atraksi unik. Bentuk atraksi tersebut seperti halnya: makan beling atau pecahan kaca, makan dedaunan yang belum matang, makan daging ayam yang masih hidup, berlagak seperti monyet, ular, dan lain-lain. 


Akibat perkembangan budaya, Jaranan yang pada awalnya merupakan sarana ritual telah berubah menjadi seni pertunjukan. Sebagai sebuah seni pertunjukan kesenian jaranan mengalami perubahan untuk menyesuaikan dengan perkembangan dunia seni hiburan. Perubahan pada jaranan dapat dilihat dalam bentuk iringan, gerak tari, kostum ataupun propertinya.


Nama: Khayla Meicha Maharani 

Kelas : Xl IPS 2

Absen: 16





Tidak ada komentar:

Posting Komentar