Masalembo, Segitiga Bermuda Indonesia


     Masalembo adalah salah satu nama kecamatan di Sumenep, Madura yang dikenal sebagai Segitiga Bermuda versi Indonesia. Segitiga Masalembo merupakan garis khayal yang menghubungkan Pulau Bawean, Kota Majene, dan Kepulauan Tengah di Laut Jawa dan termasuk perairan Masalembo di dalamnya.

           Masalembo terkenal ganas dan mematikan layaknya Segitiga Bermuda karena mengakibatkan banyak kecelakaan kapal maupun pesawat ketika melewati kawasan tersebut. Kecelakaan yang terjadi di perairan Maselembo yaitu tenggelamnya Kapal Senopati Nusantara pada 29 Desember 2006, hilangnya Pesawat Adam Air pada 1 Januari 2007, tenggelamnya KM Mutiara Indah pada 19 Juli 2007. Lalu tenggelamnya KM Fajar Mas pada 27 Juli 2007, KM Sumber Awal pada 16 Agustus 2007, dan KM Teratai Prima pada 11 Januari 2009. Serta terdapat pula kecelakaan KM Mutiara Sentosa I pada 19 Mei 2017. Dan yang terakhir adalah kecelakaan kapal perang milik TNI Angkatan Laut KRI Teluk Jakarta 541.

    Beberapa ilmuwan sepakat mengkaji fenomena ini dan menemukan bahwa kawasan Masalembo dicurigai sebagai titik munculnya fenomena alam yang disebut air pocket atau kantung udara. Air pocket adalah kondisi di mana udara mengalir dengan kecepatan tinggi. Sehingga pesawat yang kebetulan terbang di atasnya bisa tiba-tiba tersedot ke bawah atau terpental.

        Perairan di kawasan tersebut juga berbahaya dengan adanya perairan dalam yang berputar serta memiliki arus sangat kencang yang berasal dari barat dan terus memanjang ke Laut Jawa. Selain itu dari Selat Makassar terdapat arus utara yang terjadi akibat adanya perbedaan temperatur udara. Dua arus yang berbeda ini kemudian bertemu di Segitiga Masalembo dengan membawa material lain termasuk sedimen laut.

     Mayoritas masyarakat yang tinggal di kawasan Masalembo berprofesi sebagai nelayan. Mereka memiliki pantangan melaut pada Desember hingga Juni karena pada saat itu gelombang laut Maselembo sangat besar dan tinggi. Mereka juga mempunyai batas wilayah aman bagi nelayan untuk melaut yang disebut "garis putih". Jika masih ada yang berani melewati garis putih ini maka nelayan percaya bahwa orang tersebut tidak akan selamat termasuk kapal dan seluruh barang bawaannya. 

     Jadi, walaupun banyak mitos dan kepercayaan terkait Segitiga Masalembo ini, kita tidak perlu takut. Sekarang banyak teknologi untuk mengkaji cuaca dan kemungkinan badai. Maka sebelum melakukan perjalanan laut atau udara dalam melintasi kawasan tersebut, kita harus selalu memantau perkiraan cuaca. Jika cuaca sedang buruk, jangan coba-coba melewati Masalembo.

Arsyta Hila Prasidya/5
XI IPS 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar