Dengarkan Aku

   DENGARKAN AKU



    “Siapa yang bilang kalian harus menyelesaikan masalah ini untukku? Aku hanya ingin mencurahkan isi hatiku, kenapa kalian selalu menganggapnya sebagai masalah yang dibebankan kepada kalian?!” teriak Joan di dalam kamarnya.

    "Hiks...hiks…Kenapa?! Aku tahu ini masalahku, aku hanya ingin kalian mendengarkan saja…” lanjut Joan sambil terisak-isak.

Belakangan ini memang Joan memiliki beberapa masalah yang mengganggu pikirannya, akan tetapi keluhan Joan tidak didengar sedikitpun oleh keluarganya.

    “Bapak ini sudah lelah Joan, dari pagi sampai sore bapak bekerja dan masih menyempatkan waktu untuk menjemputmu. Untuk apa kamu mengeluh? Kewajiban kamu hanya belajar, kamu tidak harus capek-capek cari uang Joan. Sudahlah bapak tidak mau memikirkan masalahmu itu, kamu kan sudah dewasa kamu harus bisa menyelesaikan masalahmu sendiri!” ucap bapak kepada Joan ketika Joan menceritakan masalahnya.

    Joan hanyalah gadis remaja yang baru menginjak usia 17 tahun, Ia masih membutuhkan seseorang sebagai sandaran. Terutama sosok bapak, karena hanya itu yang Ia miliki sekarang, Ibunya telah tiada sejak 7 tahun silam. Joan memiliki sosok kakak perempuan yang menghiburnya dan selalu ada disampingnya seperti halnya seorang ibu. Akan tetapi, waktu terus berjalan semua orang akan datang dan pergi pada waktunya, begitu pula kakak perempuan Joan yang mulai membangun rumah tangga saat Joan berusia 13 tahun. Secara otomatis kakak perempuan satu-satunya harus pergi meninggalkan Joan demi menjalani kewajibannya yaitu taat kepada sang suami.

    “Joan, kemari nak ibu ingin bertanya sesuatu,” ucap ibu guru.

    “Baik bu, ada apa ya bu?” tanya Joan.

    “Ibu ingin bertanya tentang hasil ulangan pekan kemarin, kenapa nilai kamu menurun kali ini? Apakah kamu mengalami kesulitan memahami materinya Joan?” tanya ibu guru kepada Joan.

    “Sa-saya faham kok bu, hanya ada beberapa yang saya lupa saja bu, sa-saya minta maaf bu,” jawab Joan sambil meminta maaf kepada ibu guru.

    “Kamu tidak perlu meminta maaf Joan, hanya saja tidak biasanya kamu seperti ini, are you okay Joan?” tanya ibu guru dengan rasa penasarannya.

    “B-baik-baik saja bu, mungkin saya hanya kelelahan saja,” jawab Joan dengan singkat.

    “Joan, kalau kamu ada masalah bisa ceritakan ke ibu ya, tidak usah sungkan kamu sudah ibu anggap seperti anak sendiri,” ucap ibu guru.

    Ibu guru memang sudah menganggap Joan ini seperti anaknya sendiri, karena beliau merupakan sahabat dari Ibu Joan dan Ibu Joan telah menitipkan Joan kepadanya sebelum Ibu Joan meninggal dunia. Oleh karena itu, Ibu guru memberikan perhatiannya lebih dari perhatian dan kasih sayang antara seorang murid dengan gurunya.

    “Iya bu terima kasih, ma-maaf bu saya izin masuk kelas karena jam pelajaran berikutnya akan dimulai,” ucap Joan mengucapkan terima kasih seraya berpamitan kepada ibu guru.

    “Baiklah Joan silakan kamu masuk kelas, belajar dengan sungguh-sungguh ya Joan, Ingat ibu selalu ada jika kamu perlu sesuatu!” seru ibu guru.

    “Baik bu, terima kasih.” jawab Joan.

    Dengan tekad yang kuat untuk mengejar mimpinya, Joan pun belajar dengan serius dan selalu memperhatikan gurunya dengan seksama. Walaupun terkadang ada sesuatu yang terlintas dipikiran dan mengganggu konsentrasinya. Sesampainya di rumah Joan pun mengulang pelajaran yang baru Ia pelajari di sekolah dan juga belajar untuk ulangan harian yang dilaksanakn keesokan harinya. Hampir semua teman-teman Joan mengandalkan bimbingan belajar ataupun guru privat untuk pembelajaran tambahan, akan tetapi Joan tahu bahwa bapaknya tentu saja tidak mampu untuk membayarnya, karena biaya sekolahnya saja sudah mahal. Akhirnya Joan berinisiatif untuk belajar dari penjelasan seseorang di platform YouTube, tidak peduli apakah paham dengan penjelasannya atau tidak. Dia tetap harus memahami video tersebut karena itu adalah satu-satunya cara agar bisa menguasai materi pembelajaran. Walaupun dalam satu kali menonton  hanya sedikit yang bisa ditangkap tapi itu lebih baik daripada tidak sama sekali, bahkan Joan pernah menonton video pembelajaran yang sama sebanyak 5 kali. Semua itu Joan lakukan dengan harapan  bisa mendapat nilai yang bagus sehingga  dapat menggapai mimpinya dan membanggakan kedua orang tuanya.

    Sudah berbagai cara dan gaya belajar dilakukan, tetapi tetap saja dia mendapat nilai yang kurang memuaskan. Bapak Joan pun selalu menyalahkannya dan mengatakan bahwa Joan suka mengeluh, malas belajar, dan terlalu banyak bermain handphone. Sekeras apa pun usaha Joan untuk membuktikan bahwa dia selalu belajar dengan sungguh-sungguh, itu semua tidak terlihat oleh Bapak Joan. Karena sesungguhnya Bapak Joan hanya mementingkan hasilnya saja, Bapak Joan tidak pernah peduli sebanyak dan sekeras apa usaha yang dilakukan Joan. Sungguh Joan sudah lelah, fisiknya lelah demikian pula dengan mentalnya. Dia sudah lelah dengan semua masalah dan lika-liku kehidupan ini. Joan merasa hidup atau matinya sekali pun tidak akan mempengaruhi sikap bapaknya terhadap dirinya. Joan merasa tidak berguna dan tidak dibutuhkan lagi, karena yang bapaknya perhatikan hanyalah nilai yang diperoleh dan bukan dirinya yang sudah susah payah untuk mendapatkan nilai tersebut.

    Satu-satunya harapan Joan untuk mendapat dukungan dan semangat adalah kakak perempuannya. Akan tetapi kakak perempuannya tersebut sudah tidak memberikan pesan atau menelpon Joan sejak beberapa bulan yang lalu. Setelah sekian lama Joan bersabar menunggu, akhirnya Joan memutuskan untuk menghubungi kakaknya terlebih dahulu.

    “Halo kak, kakak apa kabar? Joan sangat rindu dengan kakak,” sapa Joan kepada kakaknya.

    “Kakak sibuk Joan, kamu kenapa menelpon sekarang?!” Ucap kakaknya

    “Itu kak Joan mau cerita,” jawab Joan.

    “Kakak tidak bisa mendengarkan cerita tentang masalahmu sekarang, kakak juga punya banyak urusan yang harus diselesaikan!” ucap kakaknya.

    “T-tapi kak Joan-” ucap Joan yang terpotong oleh kakaknya

    “Sudah Joan, masalahmu itu belum seberapa dibandingkan masalah kakak. Kamu sudah dewasa Joan, kamu harus bisa menyelesaikan masalahmu sendiri!” seru kakaknya seraya memutuskan sambungan telepon dari adiknya tersebut.

    Benar apa yang dikatakan orang bahwa akan ada masa dimana seseorang yang dulu begitu peduli dan perhatian kepada kita nantinya akan menjadi orang yang asing dan melupakan kita begitu saja. Kali ini harapan satu-satunya Joan telah runtuh, tidak ada lagi yang bisa diharapkan dari keluarga dekatnya. Joan pun semakin merasa yakin bahwa lebih baik dia mati saja supaya tidak menjadi beban bagi keluarganya, karena Joan yang masih bertahan hidup sampai sekarang pun tidak mendapatkan apa yang seharusnya diberikan oleh  bapak dan kakak perempuannya, mereka bahkan tidak memberikan perhatian-perhatian yang seharusnya Joan dapatkan, mereka tidak mau mendengarkan keluhan Joan, oleh karena itu mereka tidak akan penah tahu apa yang dirasakan Joan selama ini.

    “Bapak, Joan sudah berusaha untuk mendapatkan nilai yang terbaik pak.” Ucap Joan kepada bapaknya dengan mata yang berkaca-kaca.

    “Ini apa Joan?! Kamu mengatakan bahwa semua ini adalah hasil kerja kerasmu?! Nilai terbaik apanya, apakah kamu tidak lihat?! Gunakan matamu dengan baik, lihat! Apakah nilai ini nilai yang terbaik? Hah?! Jawab?!” Bentak bapak Joan kepada Joan setelah melihat kertas-kertas hasil ulangan beberapa pekan terakhir.

    “Joan sudah berusaha semaksimal mungkin bapak, Joan tahu mungkin nilai yang Joan dapatkan belum sempurna akan tetapi nilai yang Joan dapatkan itu dari hasil kerja keras Joan sendiri,” jawab Joan dengan air mata yang sesekali menetes dari matanaya.

    “Kalau begitu kerja kerasmu sia-sia selama ini! Apa artinya kerja keras yang kamu lakukan jika hasilnya tidak memuaskan?! Apa artinya kerja keras yang kamu lakukan jika kamu tidak mendapatkan nilai yang tinggi?!” bentak bapak Joan.

    “P-pak, Joan minta maaf, Joan tidak bisa memberikan apa yang bapak inginkan, Joan tidak bisa membuat bapak bangga, Joan meminta maaf sebanyak-banyaknya kepada bapak,” ucap Joan sambil menahan air matanya.

    “Bapak tidak perlu permintaan maaf darimu Joan, bapak hanya perlu kamu untuk belajar dengan sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai terbaik. Mulai hari ini, handphone Joan harus bapak sita dan kamu tidak boleh makan sebelum selesai mengerjakan tugas dan belajar!” seru bapak Joan kepada Joan.

    “Pak, jangan handphone Joan, Joan memerlukannya untuk belajar pak.” ucap Joan.

    “Alasan! Bapak tahu kamu pasti menggunakan handphone untuk bermain saja!” jawab bapak.

    “Sudah! Hukumanmu itu masih ringan, jangan mengeluh atau bapak akan tambah hukumanmu!” lanjut bapak.

    “Huh…haha..haha…” Joan tertawa menyindir.

    “Kenapa malah tertawa?! Dasar anak bodoh!” seru bapak Joan.

    “Sungguh miris ya pak, dunia ini sudah terbalik… haha…” ucap Joan.

    “Apanya yang terbalik?! Dasar anak aneh, jangan bicara yang tidak-tidak!” seru bapak Joan.

    “Orang asing lebih perhatian daripada keluarga sendiri,” ucap Joan sambil menatap bapaknya dengan tatapan kosong.

    “Jelas orang asing lebih perhatian kepadamu! Karena mereka baru saja mengenalmu! Mereka tidak tahu sifatmu yang sebenarnya!” jawab bapak.

    “Bu guru…beliau sahabat Ibu, beliau tahu sifatku! Sejak kecil aku sudah dekat dengan bu guru! Bu guru memberikan perhatiannya yang seharusnya kau yang berikan itu kepadaku bapak! Beliau selalu menanyakan keadaanku setiap hari! Beliau memaklumi nilai ku yang turun! Tidak hanya itu, beliau juga memberikan motivasi dan semangat untukku! Jelas sekali bu guru lebih menganggapku sebagai manusia, sedangkan bapak? Hahaha…bapak hanya menganggapku sebagai beban saja!" ucap Joan dengan tegas dengan air mata yang sering kali menetes ketika Ia meninggikan intonasi nya.

    "Apa mau bapak? Joan sudah berusaha semaksimal mungkin, Joan sudah lelah pak! Joan sudah berusaha menceritakan keluh kesah Joan, akan tetapi bapak tidak pernah mendengarkan Joan, hiks...hiks.." lanjut Joan seraya menangis.

    "Joan juga kehilangan sosok ibu pak, Joan juga sedih sama seperti bapak. Tapi jangan campakkan Joan seperti ini pak, Joan masih butuh perhatian dan kasih sayang. Jika memang bapak menganggap Joan sebagai beban maka lebih baik Joan mati saja! Joan sudah lelah hidup seperti ini pak! Joan tersiksa dengan perilaku bapak yang seperti ini, hiks..hiks..hiks.." ucap Joan mencurahkan seluruh isi hatinya yang selama ini dipendam sendirian.

    Bapak Joan hanya mendengarkan dan menatap Joan dengan tatapan kosong, bapak Joan tersadar bahwa dirinya bukanlah sosok bapak yang baik akan tetapi tidak tahu bagaimana harus menanggapi Joan. Selama beberapa menit seluruh ruangan dipenuhi isak tangis Joan dan tanpa ada respon apapun dari bapak Joan. Seolah kehabisan kata, bapak Joan hanya memeluk Joan yang masih menangis tanpa ada sepatah kata yang terucap. Tiga puluh menit sudah berlalu masih dalam keadaan berpelukan, suara tangis Joan tidak terdengar lagi dan kelihatannya dia sudah lelah menangis, Joan pun menyandarkan kepalanya di bahu bapak dan tanpa berlama-lama langsung tertidur pulas. Terbukti selama ini yang Joan butuhkan adalah seseorang yang mau mendengarkan keluh kesahnya dan juga seseorang yang memberikan kasih sayang kepadanya, sekarang semua itu sudah terpenuhi oleh bapak Joan.


Oleh : Fatina Fikriya Kus Gamma Bintan

Kelas : XI MIPA 4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar