Hujan Es



 Fenomena hujan es atau hail atau presipitasi adalah proses pembentukan bola-bola es melalui kondensasi uap air di atmosfer dengan lapisan yang berada di atas level beku. Es yang terbentuk lebih banyak yang berukuran besar dari pada berukuran kecil sehingga tidak seluruh bagian es mencair saat es turun ke arah yang lebih rendah dengan suhu yang lebih panas daripada suhu diatas, Salah satu proses yang bisa menciptakan hujan es adalah riming, di mana uap air tertarik ke pemukaan benih-benih es. Pengembunan mendadak membuat es menjadi berukuran besar.

Hujan es turun dapat disertai puting beliung, karena dua hal. Pertama, awan dengan jenis sel tunggal berlapis (CB) dekat dengan permukaan bumi. Kedua, awan multisel yang secara vertikal tumbuh dapat menyebabkan hujan es disertai putting beliung.

Hujan es biasanya terjadi dinegara-negara subtropis, dan juga hujan es dapat turun di wilayah ekuator.  

Secara horizontal, luas area hujan es hanya sekitar 3 sampai 5 meter, yang berlangsung singkat sekitar 3 sampai 5 menit dan biasanya awannya berbentuk seperti bunga kol, yang dikenal sebagai awan Cumulonimbus. 

Awan yang mengandung uap air bergerak ke tempat yang lebih dingin dan mencapai titik embun (dew point), yang kemudian mengembun dan jatuh sebagai hujan, karena terlalu berat.

Setelah menjadi air, angin thermis meniup naik ke ketinggian dengan suhu di bawah titik beku dan karena itu, air membeku menjadi es. Jika tertiup oleh angin thermis yang naik ke ketinggian dengan temperatur di bawah titik beku, maka air tersebut membeku menjadi es. Ikatan antarmolekul es sebagai benda padat yang jauh lebih kuat dibandingkan air, membuat es jatuh dalam berbagai, yang bahkan bisa seukuran kepalan tangan. Inilah yang disebut fenomena hujan es.

 Indonesia memang negara tropis, namun di Indonesia pernah terjadi hujan es. Hujan es membawa kerusakan serius, terutama pada kerusakan kaca dan jendela, penerbangan, dunia otomotif, bidang peternakan dan lainnya.


Ahsan Bhaskara

Tidak ada komentar:

Posting Komentar