Pamit

 Pamit


Desir aliran darah milik kita kan selalu padu

Tunjukan semestaku adalah untuk bersamamu


Sang Penyair pernah menulis sebait puisi ini disaat dia duduk di bangku SMP, di atas secarik kertas yang akan digunakanya untuk penilaian tugas, berharap puisinya dimuat di buku kumpulan puisi saat itu. Ia hebat, ia berpikir kritis disaat insan sebayanya banyak bermain dan memilih untuk tidak banyak berpikir tentang hal tersebut.

Kala itu aku sedikit ingat sang penyair pernah menasehatiku ketika aku berisik di kelas, tentu hanya dengan menusukkan satu kata yang sedikit banyak membuat aku berhenti melakukanya. Bisa dibayangkan dinasehati oleh orang yang baru saja memasuki kelas, menusuk rasanya. Tetapi bukan hal yang besar bagiku, memang bukan tentang senioritas,ini memang tentang aku yang berisik. Kesan pertama yang terlintas di benakku adalah “galak” kata yang didefinisikan oleh seseorang sepertiku yang menilai orang dari kesan pertamanya,ya itu salah. Bagaikan orang yang hanya menyimpulkan sesuatu hanya dari sampulnya saja,tidak dengan isinya.

Tetapi ini bukan tentang penyair, kata tersebut hanya merujuk kepada suatu orang,hanya untuk orientasi semata.

Ia adalah gadis yang kukenal dari tempat menimba ilmu, dari orang asing yang tiba-tiba menjadi akrab satu sama lain. Manusia memang begitu,makhluk sosial yang tertarik dengan pembicaraan dua mata dengan insan yang baru saja dikenalnya, hingga akhirnya dari asing menjadi teman.

Hingga akhirnya aku kagum dengan orang tersebut, mungkin ini hanyalah kisah kita berdua yang tiada habisnya, aku suka cara dia memedulikanku, aku suka cara dia berbicara lembut kepadaku, aku suka cara dia mengajariku tentang banyak hal. Aku kagum, hingga akhirnya dari teman menjadi pengagum rahasia.

Tetapi memang,aku hanya menjadi pengagum rahasianya sejak dua tahun lalu, tidak pernah kutunjukan,sadar diri itu penting, aku bukan siapa-siapa dan tidak punya sesuatu hal yang istimewa. Kala itu memang tidak akan mungkin aku dapatkan,dan selalu merasa aku sangat menganggunya dan mungkin membuatnya menjadi risih. Dan aku tahu bahwa,


Aku tahu, kamu lahir dari

Cantik utuh cahaya rembulan

Sedang aku dari badai marah riuh yang berisik

Juga banyak hal-hal yang sedih

-Amin paling serius karya Nadin Amizah


Lagu paling cocok rasanya untuk orang yang selalu merendah diri, menganggap bahwa diri kita rendah dibandingkan orang lain. Memang kenyataanya begitu, tetapi dari sisi orang lain mungkin aku adalah orang yang istimewa, you’re amazing just the way you’re


Aku adalah seorang pecundang yang hanya bisa mengaguminya dari jauh,

Memang seberapa penting aku untuknya?

Mungkin belum seutuh skenario perjalanan hidup orang lain,

Seperti matahari dan bumi bukan?

Menjauh untuk menjaga,

Terdengar tegar dan dewasa memang,

Tapi tetap saja menyakitkan.


Aku menyadari bahwa kepedulian yang ada pasti akan menimbulkan sesuatu hal yang aneh,memang aneh jika teman yang sudah kita kenal lama saling timbul rasa satu sama lain, kita tidak tahu takdir apa yang membuat kita begini. Kita memulainya dengan menyatakanya. Aku kaget setengah mati, dua tahun tidak berharap kepada seseorang ternyata bisa timbul rasa balik, jika tahu rasanya seperti mendapatkan sesuatu berlian secara mendadak. Memang jika kembali ke masa lalu mungkin aku tidak akan menyesali pertemuan itu,jika aku menyesalinya karena keadaan sekarang mungkin seharusnya aku tetap menjadi pengagumnya, tidak lebih.Hingga akhirnya dari pengagum rahasia menjadi timbal balik.


Kami peduli satu sama lain,rasa memiliki satu sama lain yang besar dan juga rasa cinta yang menggebu mungkin diantara keduanya membuat kami sedikit banyak merasa sudah melewati batas yang diajarkan oleh agama islam. Kita merasa seperti berpacaran padahal tidak dengan statusnya. Aku sayang dia, aku tidak ingin kehilanganya,tapi dengan cara yang sudah kami  lewati, kami merasa apakah kebersamaan dan kebahagiaan kami sementara ini akan merujuk kepada sesuatu yang lebih serius yaitu jalur pernikahan? Orang itu memang sangat dewasa, kadang aku merasa menjadi juniornya. Itu sangat aneh jika tiga bulan yang sudah kita lewati bersama tiba-tiba menjadi asing,ternyata yang paling mengena adalah aku, berkali-kali aku tidak sanggup menahan rindu ini,seperti dulu,selalu ingin seperti dulu, tetapi itu tidak akan membuat kita menjadi seperti menuju kebersamaan, yang aku inginkan tidak hanya menjadi kisah sementara, tetapi untuk selamanya.


Hingga akhirnya aku pamit.


Izinkan aku pergi dulu

Yang berubah hanya

Tak lagi kumilikmu.

kau masih bisa melihatku,

Kau harus percaya,

Kutetap teman baikmu.

-Pamit karya tulus


Kendati begitu,

Ingatlah,dia tidak hilang.

Dia hanya pulang pada rusuk yang semestinya,

Meski kamu pernah menjadi semestanya.


Rafa'iq Dzaki

XI MIPA 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar