SUARA JUANG

 

Juliet bertanya kepada ibunya dalam ruang meja makan. Apakah Sang Ibu merindukan Sang Ayah. Apa yang dipikirkan Juliet tak setara dengan kerinduan yang Ibu hadapi. Ibu masih tetap merindukan Sang Ayah dengan caranya sendiri, dengan cara memutar musik yang pernah sang ayah bawakan. Ia menjelaskan kepada putrinya seberapa ia rindu akan pujaan hatinya diiringi lagi paying fantasi yang dinyanyikan sang pujaan hati.

 

   Seorang 4 sekawan yang dengan nekatnya membuat musik perjuangan di era gempuran perang negaranya. Sekalipun negaranya diserang bak sarang semut yang disiram dengan air segayung, mereka bagaikan semut yang tetap berenang menjaga ratu mereka.

 

Johan memuji bakat Rama yang dapat dengan cerdas memainkan alat musik dan menciptakan lagu yang dapat menggerakan hati rakyat Indonesia. Rama tersanjung dan berkata bahwa ini semua tak akan tercapai tanpa bantuan kawan-kawannya.

 

Tak lama datang bob dengan wajah lemah lesu seperti habis dikejar anjing. Wajahnya ketakutan, kesal, marah. Ia memberitakan bahwa jadwal siaran Java Eureka dipotong oleh menejemen radio buatan Belanda ini. Johan kesal dan merasa bahwa harga dirinya diinjak-injak oleh bangsa Belanda. Tak disangka, Danielle lebih bertanya dengan honornya. Johan menasehati Danielle bahwa lagu ini bukan tentang uang, untuk saat ini lagu adalah penggerak bangsa. Tapi Danielle tetap pada pendiriaannya bahwa yang utama adalah uang, karena uang mereka bisa menghidupi keluarga mereka. Johan dan Danielle pun saling berdebat dengan pemikiran mereka, Bob hanya terdiam mendengarkan anjing dan kucing bertengkar. Rama dengan tegas memerintahkan mereka untuk diam dan patuh terlebih dahulu hingga mereka mulai tak dihargai. Tapi Johan sudah terlanjur merasa tak dihargai. Johan bertanya seberapa yakin Rama akan keputusannya. Dengan tegas dan lantang Rama berkata “SAYA YAKIN!”

 

Hari demi hari mereka lalui dengan perpotongan jam siaran yang selalu tidak tepat pada waktunya.

Bob      : “Brengsek, jadwal siaran kita dipotong lagi, kali ini tak hanya jam nya, honor kita pun juga ikut terpotong. Terlebih lagi ini siaran yang paling ditunggu oleh fans Java Eureka.”

Johan     : “Bajingan, tak ada harga diri lagi kita disini.”

Bob        : “Iya, sungguh tak ada harga dirinya, KITA INI BUKAN BONEKA!”

Johan     : “LEBIH BAIK KITA PERGI DARI SINI”

Danielle : “Kau yakin? Kita ini hanya musisi yang mencari nafkah. Tak lebih, kalaupun kita keluar, kita mau kemana?”

Johan     : “Sudah kuberi tau berapa kali ini bukan tentang nafkah. Ngamen dijalanpun aku akan lakukan demi nafkah. Ini soal harga diri dan kemerdakaan Indonesia. Kita ini salah satu pejuangnya loh bung.”

Rama     : “Sudah kalian jangan berdebat! Ini bukan saatnya dan aku yakin bung kalau kita akan keluar. Kalian tau rumor tentang radio “BANDUL CAHAYA”?”

Danielle : “Tapi bung itu hanya rumor dan kalaupun jadi bagaimana dengan honornya, dan Sebatas impian untuk menjadi radio yang setingkat dengan radio ini.”

Rama   : “Tentang honor itu sudah jadi kuasa tuhan. Tapi tentang kemerdekaan kita harus memperjuangkannya, dan salah satu usaha kita adalah mendukung berdirinya radio lokal ini.”

Danielle  : “Untuk terakhil kalinya, apakah kau yakin bung?”

Rama    : “Untuk terakhir kali juga SAYA jawab, SAYA YAKIN!” (Dengan suara lirih tetapi penuh ketegasan)

 

Setelah beberapa bulan, terdengar kabar dari satu radio usang di suatu desa. Radio menjadi salah satu penggerak bangsa. Radio yang akan legenda radio Indonesia.

 

Farid      : “Hadirin sekalian, kabar gembira telah datang untuk kalian. Radio lokal “BANDUL CAHAYA” telah hadir dan akan menghibur kalian. Untuk pembuka, mari kita dengarkan lagu yang akan dibawakan oleh orkestra kebanggan kita semua JAVA  EUREKA!!!”

 

Sebuah musik berdendang berjudul “PAYUNG FANTASI” karya Ismail Marzuki mengiringi desa tersebut. Seluruh warga terkagum dengan kekompakan, lirik, serta nada yang indah dari orkestra ini walau mereka hanya mendengarnya tanpa melihat para personel tersebut. Tapi mereka kenal dengan mereka bak idola masa kini.

 

3 bulan berlalu, kini JAVA EUREKA telah sukses dibicarakan dan diundang hingga kemanca negara dengan berbagai lagu yang dibawakan. Mulai dari yang membuat para pejajah terhibur hingga geram dan mulai menangkap satu persatu orang yang teribat dalam pembuatan lagu yang dibawakan. Hingga suatu ketika N I P P O N   T E L A H   D A T A N G.

 

Mereka diperintahkan oleh nippon yang kejam dan tak berperi kemanusiaan itu untuk menghibur mereka, tapi siapa sangka uang sudah tak mempan terhadap perjuangan mereka. Mereka tetap bernyayi, bernyanyi bernyanyi, bernyanyi tentang kemerdekaan negaranya. Nippon semakin geram. Ia mengumpulkan semua personel JAVA EUREKA beserta keluarganya.

 

Manda       : “A’A”

Rama         : “Manda, kenapa kau bisa disini?”

Nippon     : “Aku yang membawanya, KAMU SANGAT TIDAK PATUH!!!” (dengan nada Jepang yang masih sedikit terdengar)

Rama      : “Tapi itu salah SAAAAYAAA, BUKAN ISTRI SAYA!!! Dia sedang hamil, kalau kamu apa-apakan dia, saya sumpahin nippon akan kalah dengan sekutu.”

Sambil Rama meludahi wajah nippon yang ada dihadapannya, nippon dengan geram berkata.

Nippon    : “Aku memang tidak akan membunuhnya, tapi kamu harus tau, kematianmu disaksikan keluargamu dan itu karena kamu.”

Rama       : “Tidak peduli kau dasar bajingan, MERDEKA!!!”

 

Tak lama kemudian Rama merasakan tubuhnya tak dapat bergerak, dingin, semua dingin. Lebih dingin dibanding es di kutub. Kaku bak sebongkah kayu jati yang berdiri kokoh. Tapi ia bisa mendegar suara dari kejauhan memanggil namanya. “A’A!!!!!” itu kata yang terdengar. Satu kata yang sering diucapkan seseorang yang ia kenal. Suara wanita yang tengah mengandung. Dalam matanya terlinang air mata kesedihan meninggalkan dunia, namun ada rasa hormat dan bangga pada tanah air beta.


Zaidan Syahda Irfansah

XI MIPA 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar