The Vigilante

 

    Hari ini merupakan hari Sabtu. Malam ini, Holly akan mengadakan pesta di rumahnya dan aku merupakan salah satu orang yang diundangnya. Pukul 3 sore, aku berbincang dengan temanku, Nate. “Nanti malam apakah kamu bisa datang?”, tanya Nate. Dengan lantang aku pun menjawab, “Tentu saja aku akan datang, aku akan membawa banyak minuman bersoda dan kita akan bersenang – senang.” Lalu Nate pun menjawab, “Tidak perlu membawa minuman bersoda, Holly sudah menyediakannya.” Aku pun bertanya kembali, “Bukannya Holly mempunyai orang tua yang ketat. Lalu mengapa dia bisa memiliki persediaan soda yang banyak dan membuat pesta di rumahnya sendiri?” Nate pun menjawab, “Orang tua Holly sedang pergi ke Arkansas sejak 2 minggu lalu dan mereka akan Kembali sekitar satu pekan lagi.”. Aku pun bertanya kembali kepada Nate, “ Apakah kamu butuh tumpangan ke rumahnya Holly?” Nate pun menjawab. “Tidak, aku bisa ke rumah Holly menggunakan sepeda. Rumah kami tidak terlalu jauh. Setelah perbincangan itu pun aku langsung pulang ke apartment dan bersiap – siap menghadiri pesta di rumahnya Holly. Aku langsung bergegas menuju kamar mandi dan membersihkan diri. Setelah itu pada pukul 6 sore, aku mulai memilih baju yang akan aku gunakan untuk pesta. Aku memutuskan untuk menggunakan kaos nirvana, celana jeans, dan sepatu sneakers berwarna putih. Setelah bersiap – siap aku pun bergegas mengambil kunci mobil dan pergi menuju rumah Holly menggunakan mobil. Saat aku sampai disana, banyak orang yang sudah berkumpul di rumahnya Holly. Aku melihat Nate sedang berbincang dengan 3 sahabatku lainnya, Arthur, Melissa, dan  Sarah. Aku pun memarkirkan mobilku di depan halaman rumah Holly. Saat aku keluar aku pun menghampiri sahabatku yang sudah datang terlebih dahulu. “Josh, senang melihatmu disini.”, ujar Melissa. Aku pun menjawab, “ Tentu saja, aku tidak akan melewati pesta pada akhir pekan.” Setelah itu aku dan sahabatku menuju rumah Holly. Saat kami masuk Holly pun menyambut kami dengan ramah. Waktu berjalan dengan begitu cepat. Aku tidak sadar telah menghabiskan waktu selama 1 jam di rumah Holly. “Bagaimana kalau kita keluar sebentar mencari udara segar.” ujar Arthur. “Ayolah Arthur apakah kamu tidak suka musiknya?”, tanya Nate. “Bukan musiknya, aku merasa panas disini. Setidaknya kita keluar sebentar mencari udara segar.” Jawab Nate. “Aku setuju denganmu Nate, disini sangat panas. Melissa, Sarah, Arthur bagaimana denganmu?” ucapku. “Baiklah aku akan ikut dengan kalian.” kata Arthur. “Aku tidak tahan berada disini, mungkin sebaiknya aku ikut dengan kalian.” kata Sarah. “Aku akan menetap disini sebentar, aku ingin berbicara dengan Holly.” ujar Melissa. Aku dan 3 sahabatku keluar sebentar untuk mencari udara segar. Kami berjalan sejauh 6 rumah dari rumah Holly.

 

   

 

 

 

    Aku melihat mobil van yang berjalan kearah kita. Awalnya aku tidak merasa curiga, sampai akhirnya mobil tersebut berhenti di depan kita. 4 orang langsung keluar dengan shotgun dan pistol. Mereka semua menodongkan senjatanya kepada kami. “SERAHKAN DOMPETMU SEKARANG JUGA.” “CEPAT LAKUKAN ATAU AKAN KAMI TEMBAK KALIAN.” ujar dua orang tersebut. Karena tidak ada yang mau menyerahkan dompet, salah satu pencuri pun menodong Arthur dan mengancam kami. “TEMAN KALIAN AKAN BERTEMU DENGAN TUHAN SEKARANG JUGA KALAU KALIAN MEMABANTAH KAMI.” ujar salah satu perampok. “Baiklah berhenti! Aku akan menyerahkan dompetku, tolong lepaskan teman kami.” aku pun menyerahkan dompetku kepada pencuri tersebut . “APAKAH KAMU BERCANDA?? KAMI MENGHARAPKAN 1500 DOLAR DI DOMPETMU. “ ujar salah satu perampok. “Sudahlah Mitch, 100 dolar lebih baik daripada tidak sama sekali.” ujar perampok yang memegang shotgun. “ Kau tahu Derek, kita tidak akan kaya kalau merampok dengan cara seperti ini.” “Aku tahu, tetapi kalau kita langsung merampok bank kita tidak punya persiapan dan resikonya terlalu besat. Kita harus mencari cara agar tidak terjebak dalam situasi seperti ini.” ujar Derek “Pertama sebaiknya kita pikirkan nagaimana nasib para remaja ini?” ujar perampok lainnya. “Kita tidak boleh meninggalkan saksi, bunuh mereka semua!” ujar Derek . Sarah yang ketakutan langsung mengatakan, “Tolong jangan bunuh kami, masa depan kami masih panjang.”. Perampok yang menggunakan shotgun berucap, “Kau tidak bisa melawan takdir bocah.” . Aku yang naik pitam langsung berusaha menyerang keempat perampok tersebut, namun keempat perampok tersebut langsung menembak kepalaku dan membunuh ketiga sahabatku. Aku pun langsung terbaring di atas aspal mengira ajal telah menjemputku. Ternyata tembakan tersebut hanya meleset mengenai kepalaku. Aku masih hidup dan koma selama 2 minggu. Saat aku bangun, aku melihat Melissa dan Holly sedang duduk menunggu kesadaranku. “ Josh, apakah kamu bisa mendengarku.” tanya Melissa. “ Kau baik – baik saja, Josh?” tanya Holly. Aku yang kebingungan langsung bertanya, “ Apa yang terjadi denganku?”. “Kamu telah koma selama 2 minggu.” Ujar Melissa. Aku pun langsung teringat dengan 3 sahabatku, “Arhur, Sarah, Nate. Dimana mereka??”. “Maafkan aku Josh, mereka semua telah meninggal. Sarah tertembak di bagian perut, Nate di bagian dada, dan Arthur di kepala.” ujar Holly. Aku pun langsung menangis dan emosi. Aku tidak mengira akan kehilangan sahabatku dengan cara yang tragis. Lalu 2 orang detektif menyuruh Holly dan Melissa keluar dan menghampiriku untuk meminta keterangan. “Selamat siang Nate, namaku Detektif Hurley dan ini Detektif Marshlow. Kami disini ingin meminta keteranganmu saat malam pesta tersebut.”. Saat aku dimintai keterangan aku bertanya, “Apakah kalian mengenal seseorang yang Bernama Derek dan Mitch?”. “ Derek McAfrey dan Mitch Barnes? Mereka merupakan penjahat kelas kakap yang sedang kita buru.” jawab Detektif Marshlow. Aku pun langsung bertanya, “ Apakah kalian tau siapa yang biasanya bersama mereka?”. “Untuk saat ini kami masih menyelidiki hal tersebut, terimakasih atas keteranganmu Josh.” ujar Detektif Hurley. Waktu berjalan 2 bulan dan masih belum ada keterangan terkait Derek Mcafrey maupun Mitch Barnes. Aku kembali menghubungi Detektif Hurley dan menanyakan terkait kasus ini. Lalu jawabannya selalu sama hanya dengan beda kalimat. Akhirnya aku memutuskan untuk menyelesaikan kasus ini dengan caraku sendiri .

 

   Pertama aku mencari tau siapa Derek McAfrey. Aku mencari segalanya di internet sampai koran bekas. Derek McAfrey merupakan seorang mantan tentara yang dikeluarkan karena perilaku buruk dan keterlibatannya dengan bandar narkoba. Aku mencatat ciri – ciri yang dimiliki Derek McAfrey. Dia memiliki tato malaikat di tangannya dan berambut hitam. Aku mencarinya di segala penjuru kota New York. Aku mempersiapkan segalanya. Aku membeli hoodie dan penutup wajah untuk menutupi identitasku. Tak lupa aku membeli pistol untuk membalaskan dendamku. Derek McAfrey merupakan perampok handal, semua perampok di Kota New York pasti mengenalmya. Jadi, aku mendengarkan seluruh berita perampokan yang terjadi di New York dan menginterogasinya satu – satu. Malam hari tepatnya pukul 9, terjadi sebuah perampokan di minimarket sebelah apartemenku. Aku pun langsung menggunakan hoodie serta penutup wajah dan membawa pistol. Begitu sampai kejadian, para perampok sudah melarikan diri menggunakan sepeda motor. Aku mengejar mereka menggunakan mobil hingga aku menabrak mereka di jalan yang sempit. Salah satu perampok terlihat sudah meninggal dan meninggalkan banyak darah, satunya lagi berusaha melarikan diri. Aku menembak kaki perampok tersebut dan tanpa ragu aku pun bertanya, “Kau tahu pria Bernama Derek McAfrey?”. Perampok tersebut mengelak, “Aku tidak tahu apa – apa tentang Derek, bung.” . Aku pun langsung menodongkan pistol kearah kepalanya dan mengatakan, “ Semua perampok di kota ini pasti kenal Derek McAfrey, apakah kamu yakin kamu tidak mengenalnnya?”. Perampok tersebut langsung mengatakan, “ Aku tidak tahu dimana Derek sekarang. Yang aku tahu dia memiliki 3 rekan. Mereka adalah Mitch Barnes, Bucky Looney, dan Ray Macowski.” . Aku yang masih belum puas dengan jawaban tersebut langsung bertanya, “ Dimana mereka semua?” . Perampok tersebut menjelaskan, “ Aku hanya tahu lokasi Bucky, dia akan selalu berada di rumahnya di Bronx pada pukul 8 malam. Kau tidak akan membunuhku, bukan?” . Aku pun langsung menjawab, “ Hanya tuhan yang tahu.” . Tanpa keraguan aku pun langsung menembak perampok tersebut. Aku pun langsung meninggalkan lokasi tersebut dan pulang menuju apartemenku. Besoknya, aku melihat sebuah berita yang sedang menyiarkan kematian perampok kemarin. Aku pun tidak peduli dengan itu semua dan tetap menjalankan aksiku selanjutnya. Keeseokan malamnya pukul 8, aku tiba di Bronx mencari keberadaan Bucky. Aku pun menanyakan kepada orang sekitar tentang keberadaan Bucky Looney. Hingga akhirnya, aku menemukan rumahnya. DIa sedang duduk santai sambil menikmati uangnya. Aku pun langsung mendobrak pintu rumahnya dan menembaknya di bagian paha, “ Apakah kamu mengingatku?”. Bucky menjawab, “ Mustahil, kamu seharusnya mati.”. Aku menjawab, “ Ya aku seharusnya mati, tetapi kurasa Tuhan belum ingin menemuiku. Sekarang dimana Ray dan Mitch?”. Dengan sombong Bucky menjawab, “ Kau tidak akan bisa menemukan mereka sebelum kau melangkahi mayatku.”. Dengan santai, aku menjawab, “ Baiklah kalau itu maumu.”. Aku pun menembak tangan, kaku, dan bahu bucky secara beruntun hingga ia mengeluarkan banyak darah. Ia dengan terbata – bata mengucapkan, “Ba..ba..baiklah, R..Ray dan M…M…Mitch selalu menghabiskan waktunya di tempat arcade di daerah Harlem.”. Aku pun Kembali bertanya, “ Bagaimana ciri – ciri mereka?”. Bucky pun menjawab, “Mitch mempunyai bekas luka di bagian mata kanannya dan Ray memiliki anting di telinga kanannya.”.  Setelah itupun aku meninggalkan Bucky yang sedang sekarat hingga akhirnya ia mati. Keesokan harinya aku pun pergi ke satu – satunya tempat arcade di Harlem, aku menetap disana hampir 3 jam. 2 orang keluar dari mobil dan berjalan masuk ke dalam arcade. Mereka memiliki ciri – ciri yang disebutkan oleh Bucky. Rencana kali ini sedikit berbeda, aku akan membunuh Ray di tempat tetapi aku akan menculik Mitch dan membawanya ke tempat yang sepi. Ketika aku melihat mereka, mereka mengenaliku terlebih dahulu. Mereka kabur dari arcade sambil menembakku. Aku pun berhasil menuju parkiran dan langsung mengejar mereka. Mereka pun menabrak sebuah pohon di dekat Central Park. Aku pun langsung menembak Ray yang masih di dalam mobil dan membuat Mitch pingsan dengan memukulnya. Senja hampir menyelimuti Kota New York, namun aku masih mempunyai urusan dengan Mitch. Aku membawa Mitch menuju apartmenku berharap tidak ada orang yang mencurigaiku. Setelah aku membuka kunci apartmenku, aku pun langsung mengikat Mitch di atas kursi dan  membangunkannya dengan menyiram air. “Dimana Derek McAfrey?”, ucapku dengan lantang. “Kau seharusnya sudah mati, Bocah.” ujar Mitch. Aku pun menjawabnya, “Aku memang seharusnya mati, tapi mungkin tuhan belum mengizinkanku. Mitch berkata, “Kau tidak akan dapat apa – apa terkait Derek McAfrey sebelum kau melangkahi mayatku. Aku pun menjawab, “Lucu, Bucky mengucapkan hal yang sama dan sekarang ia sudah meninggal. Mungkin aku harus berbuat sesuatu padamu.” . Aku pun menyiksa Mitch dengan menusukkan pisau dapur ke kakinya. Ia pun langsung berteriak kesakitan. Akhirnya diapun berkata, “Baiklah baiklah, Derek sekarang berada di Toko Senjata di daerah Queens. Dallas Ammu Nations, disana ia bekerja.” . Aku pun langsung menembak Mitch di bagian dada dan mengubur Mitch di tanah kosong daerah apartemenku. Setelah itu pun langsung pergi ke Queens untuk mencari keberadaan Derek. Aku pun melihat orang dengan tato malaikat keluar dari toko senjata. Aku pun langsung keluar dari mobil dan menembak Derek di bagian kaki. Derekpun membalasnya dengan menembakku menggunakan shotgun. Dia pun memanggil 3 temannya di toko senjata. Mereka semua menghujaniku dengan peluru. Aku pun berhasil menembak mati tiga temannya tersebut, sementara itu Derek hanya aku lumpuhkan. Aku pun berjalan mendekati Derek sambil berkata, “Kau tidak bisa melawan takdir.” . Aku pun langsung menembak Derek di tempat. Kini balas dendamku telah terbalaskan aku pun berjalan meninggalkan lokasi dan masuk ke dalam mobilku. Aku tancap gas mobilku dan meninggalkan daerah Queens dan menuju apartmenku. Besoknya aku melihat Detektif Hurley sedang mengadakan pers di depan balai kota. Dia mengatakan bahwa pembunuhan yang terjadi pada Derek, Mitch, Ray, dan Bucky adalah pembunuhan berencana. Dia mengatakan bahwa secepatnya kepolisian akan menangkap pelaku dari pembunuhan ini meskipun korbannya merupakan perampok kelas kakap. Para media massa menyebut pembunuh tersebut sebagai ‘The Vigilante’. Kini aku tinggal menunggu pihak kepolisian datang dan menangkapku, sementara aku akan berkeliaran mencari criminal kelas kakap ataupun kelas teri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar