Tahun Baru

 Tahun Baru 

Ani dan Lina adalah sahabat sejak kecil, mereka selalu menghabiskan waktu bersama-sama. Saat ini mereka sudah duduk dibangku SMA kelas 3 di sekolah swasta di kota Purwokerto. Sudah menjadi tradisi lama bagi Ani dan Lina untuk merayakan tahun baru mereka bersama-sama karena orang tua mereka sama-sama sudah tiada. 

Tahun baru sebelumnya, mereka hanya merayakannya di kos Lina tanpa perayaan yang berarti. Tapi tahun baru kali ini, Ani selalu menantikannya karena ia sudah tak sabar merayakannya di luar kota untuk yang pertama kalinya. Mereka sudah merencanakan tahun baru ini untuk pergi ke kota Dieng. 

Dikantin sekolah, Ani dan Lina membicarakan hal yang akan dilakukan jika mereka benar-benar pergi keluar kota. “Lin, kita beneran jadi kan sekali-kali di luar kota ngerayain tahun barunya?” tanya Ani dengan semangat sambil memakan bakso dimejanya. “Kalo aku si ayo aja” jawab Lina. Dimana-mana mereka selalu membicarakan hal ini karena saking semangatnya. 

Hari-hari terus berlanjut hingga kurang satu hari saja menuju tahun baru yang dinanti-nanti. Mereka sudah mempersiapkan barang-barang yang dibutuhkan untuk mendaki karena kali ini mereka akan merayakannya di bukit Sikunir, Dieng. Malam kali ini terasa panjang karena mereka tidak bisa tidur memikirkan hari esok dimana mereka akan langsung pergi bersama menuju kota Dieng. 

Pagi hari pun tiba, udara dingin menyambut semangat mereka berdua. Pukul lima pagi, Ani pergi menuju kos Lina yang berjarak hanya sekitar dua km dari kos nya. Petualangan akhir tahun mereka pun akhirnya dimulai pagi ini. Mereka memulai petualangan nya sekitar pukul setengah lima pagi. Mereka berangkat bersama dari kos dengan motor milik Lina. 

Perjalanan panjang selama kurang lebih tiga jam untuk sampai ke tempat penginapan. Banyak penginapan yang masih kosong disana, namun mereka berdua mencari penginapan yang telah dipesan jauh-jauh hari sebelumnya. Setelah beberapa saat mencari, akhirnya tempat penginapan yang dicari akhirnya pun ketemu. Mereka kaget bukan kepalang karena tempat itu sangat berbeda dengan foto yang ada di aplikasi. 

“Lina kok tempat nya serem gini ya...” 

“Iya gimana nih?” 

“Ya gimana lagi ya...ngga bisa pindah juga. Kan udah dibayar” 

Meskipun mereka berdua ragu tapi mereka tetap masuk ke penginapan itu. Hawa aneh pun terasa saat masuk kedalam kamar di pojok rumah penginapan itu, namun mereka menghiraukannya meskipun tetap ada rasa takut didalam lubuk hati mereka. 

Mereka akhirnya pergi keluar dari penginapan itu untuk mencari udara dingin di Dieng. Waktu pun berlalu, tak terasa waktu sudah menunjukan pukul 7 malam. Mereka balik ke tempat penginapan untuk mempersiapkan barang-barang mereka untuk mendaki malam nanti. Mereka pun tertidur dengan selimut tebal yang menyelimuti. 

Pagi-pagi sekali sebelum berangkat mendaki, hal tak terduga terjadi. Tiba-tiba saja Ani sekilas melihat penampakan seorang perempuan sedang duduk di kursi di kamarnya. Ia segera memberitahukan hal itu kepada Lina namun ia tak percaya omongan Ani dan bicara bahwa itu hanyalah salah lihat. Mereka berdua akhirnya pun menghiraukannya meskipun dalam hati Lina ia sebenarnya percaya dengan apa yang dikatakan oleh Ani. 

Pendakian dimulai pukul tiga pagi dimana matahari masih terlelap menciptakan suasana yang gelap gulita. Mereka melewati jalan yang suram dan licin selama perjalanan. Saat ini mereka telah menempuh sekitar setengah perjalanan dan lagi-lagi hal tak terduga terjadi. Lani jatuh terpeleset karena batu kerikil dan lumut yang tak dilihatnya. Kakinya keseleo jadi untuk melanjutkan perjalanannya ia harus dibantu oleh orang-orang dan temannya. 

Saat mencapai puncak yang dinanti-nanti mereka sangat kagum dengan sunrise yang sangat indah. Warna nya yang membuat semua orang berdecak kagum karena keindahannya. Mereka bersukaria dipuncak sana meskipun kaki Lina luka. Mereka menikmati nya tanpa melihat watu, melihat keindahan matahari yang megah bangun dari tidurnya. 

Ini adalah hari dimana mereka sangat bangga karena telah melewati rintangan-rintangan yang dihadapi. Semua ini terbayarkan dengan melihat matahari terbit disini. Mereka berfoto-foto hingga memori hp mereka habis, keindahan alam yang tak dapat digambarkan. 

Alya Fatimatussyifa / XI MIPA 5 / 04

Tidak ada komentar:

Posting Komentar