Dua Kehidupan

Aku bernama Surya. Aku tinggal di Purwokerto bersama ayah, ibu, dan kakak. Ayahku bernama Ahmad, ibuku bernama Siti dan kakakku bernama Hana. Kami merupakan keluarga yang kurang mampu. Ayahku belum mempunyai pekerjaan yang tetap. Meskipun demikian ayahku bekerja keras untuk menghidupi keluarga. Pun demikian dengan ibuku, beliau mau bekerja apa saja, menjadi asisten rumah tangga adalah pekerjaan ibuku agar menghasilkan uang untuk membantu membiayai sekolah anak-anaknya dan biaya makan sehari-hari.

Walaupun aku berasal dari keluarga yang kurang mampu, aku bisa masuk ke salah satu sekolah favorit dan ternama, yaitu SMA N 1 Purwokerto. Aku bisa masuk ke sekolah tersebut karena nilai-nilaiku bagus sehingga mendapat jalur khusus, yaitu jalur Beasiswa.

Seperti biasa, hari Senin pagi, aku harus berangkat sekolah. Aku sangat benci karena di sekolah aku bertemu lagi dengan para perundung. Mereka sering menyuruhku untuk mengerjakan tugas-tugasnya.

“Woi Sur, lo kalo bantuin orang yang bener dong, niat ga sih!” bentak Diki.

“Iya tuh, udah dibayar juga,” sambung Daniel.

“Eh, ada apa Dik? Nilai tugas kamu yang aku kerjain kemaren turun?” tanya Surya bingung.

“Iya lah, pake nanya, sini lo!”

Diki menonjok muka Surya dan Daniel menendangnya. Tanpa daya dan penuh pasrah, Surya meminta ampun kepada mereka. Akhirnya Surya dibiarkan pergi setelah mereka berdua merasa puas menghajarnya.

Bel pulang sekolah berbunyi, Surya pun langsung bergegas pulang menuju rumahnya. Sesampainya di rumah terdengar suara gaduh. Ternyata ada 3 orang yang membuat keributan. Mereka sedang menarik tagihan sewa rumahnya.

“Gimana sih, Pak! Sudah lebih dari 1 bulan belum dibayar juga,” gerutu salah satu seorang dari mereka.

“Maaf sekali, Pak. Tolong beri saya waktu 1 minggu lagi,” pinta ayahku.

“Baik. Apabila dalam waktu 1 minggu kedepan tidak dibayar maka bapak harus segera pindah dari rumah ini.”

“Baik, Pak. Terima kasih banyak.”

Surya mendengarkan percakapan tersebut dibalik tembok rumahnya. Surya merasa sangat sedih. Betapa tidak beruntungnya dia mendapatkan keluarga yang tidak berkecukupan, bahkan untuk membayar sewa rumah saja tidak mampu.

Rumah Surya bukan rumah diperumahan yang mewah dan megah dengan beberapa lantai. Rumah Surya berada di pinggir kali di sebuah pemukiman yang kumuh. Keluarganya sengaja menyewa rumah tersebut karena harganya yang murah. Ternyata tetap saja tidak mampu untuk membayar sewa rumah tersebut.

Karena keadaan yang seperti itu, Surya sempat berpikir untuk menukar hidupnya dengan salah satu temannya yang bernama Robert, dengan harapan dia bisa membantu keluarganya. Keesokan harinya, ia mendatangi seorang nenek yang bisa dianggap sebagai dukun. Ia bercerita tentang keluarganya serta pikirannya yang ingin bertukar hidup dengan Robert. Kemudian nenek itu memberikan saran agar Surya dapat menukar hidupnya. Pertama, Surya harus main kerumah Robert selama 1 jam. Setelah berhasil melakukannya, Surya diperintahkan untuk kembali menemui nenek tersebut. Surya pun dengan seksama mendengarkan perintah nenek tersebut.

Keesokan harinya, Surya menyapa serta bertanya langsung kepada Robert.

“Hai Robert, sore nanti kamu ada acara ngga?” tanya Surya.

“Eh, Hai Surya, nanti sore aku free sih kayaknya. Ada apa?” jawab Robert dan balik tanya ke Surya.

“Emm, kalo aku main ke rumah kamu boleh?”

Sebenarnya Surya dan Robert tidak memiliki hubungan yang dekat. Mereka hanya kenal sebatas teman sekelas saja. Oleh karena itu, Surya sedikit tidak enak jika tiba-tiba ingin bermain ke rumah Robert. Untungnya Robert anaknya ramah dan terbuka dengan semua orang.

“Boleh kok, Sur. Datang aja nanti sore ke rumahku.”

Sore harinya, Surya meminta izin kepada kedua orang tuanya untuk bermain ke rumah temannya. Sebenarnya keadaan keluarga Surya sangat harmonis, berbanding terbalik dengan keluarga Robert. Ibunya Robert telah meninggal dunia dan ayahnya memutuskan untuk menikah kembali. Ibu tiri Robert sangat tergila-gila dengan harta ayahnya dan tidak memperdulikan Robert, sangat berbeda dengan ibu kandung Robert yang selalu memberi kasih sayang dan perhatian penuh kepada Robert. Ayah Robert juga kurang perhatian kepada Robert dan lebih memilih untuk mengurus perusahaannya.

Setelah 1 jam bahkan lebih Surya akhirnya pulang dari rumah Robert. Dalam perjalanan ia berpikir lagi dan sempat ragu untuk menemui nenek itu lagi karena ia tidak yakin untuk meninggalkan keluarganya. Tetapi karena penasaran dengan kebenaran tersebut Surya datang menemui nenek itu lagi. Nenek tersebut memerintahkan kepada Surya untuk memakan nasi dengan sendok emas di rumah Robert. Seperti kemaren, Surya bertanya kembali kepada Robert. Kali ini bukan hanya sekedar main, tetapi makan juga di rumah Robert. Dan seperti biasa, Robert dengan senang hati membolehkan temannya yang satu ini makan malam dirumahnya.

Setelah selesai makan, ia menunggu kapan kehidupannya akan bertukar dengan Robert. Tiba-tiba ayah Robert datang ke ruang makan yang dimana Surya dan Robert baru saja selesai makan.

“Robert, ini siapa? Teman kamu? Siapa Namanya?” tanya ayah Robert.

Tetapi Surya kebingungan karena ayah Robert bertanya kepada Surya bukan kepada Robert. Pada detik itu juga Surya baru sadar bahwa kehidupannya telah bertukar dengan Robert. Dengan cepat Surya menjawab pertanyaan ayah Robert.

“Iya ayah, ini teman Robert, namanya Surya,” jawab Surya dengan sedikit canggung karena ia merasa aneh memperkenalkan temannya dengan namanya sendiri.

“Oh begitu, ya sudah dilanjutkan saja makannya,” jawab ayah Robert lagi dengan singkat dan kemudian meninggalkan mereka berdua di ruang makan.

“Baik om,” jawab Surya dengan sopan yang sebenarnya adalah Robert.

Setelah selesai makan, Surya sekarang adalah Robert yang sudah bertukar kehidupan, pulang ke rumahnya. Ayah, ibu dan kakaknya sangat bingung karena terjadi perubahan sikap dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh Surya.

 

Kedua orang tua Robert pun merasa bingung dan aneh terhadap perubahan-perubahan sikap dan kebiasaan Robert. Selama menjadi Robert, Surya sering kasih hadiah dan bingkisan kepada ayah, ibu dan kakaknya. Keluarga Surya sekarang bisa hidup dengan senang dan berkecukupan. Ayah dan ibunya bisa membuka sebuah restoran dan kakaknya juga mendapat pekerjaan yang layak. Mereka sekarang bisa mempunyai sebuah rumah.

Awalnya Surya menikmati hidupnya menjadi Robert tetapi lama kelamaan ia rindu dengan kedua orang tuanya. Akhirnya ia memutuskan untuk mendatangi nenek itu lagi dan bertanya apakah bisa mengubah hidupnya menjadi Surya yang asli dan nenek tersebut menjawab bahwa kehidupannya tidak bisa berubah dan bertukar seperti dulu.

Surya pun akhirnya sangat menyesali perbuatannya. Dia berharap ada sebuah keajaiban yang dapat merubah dirinya dan bisa kembali ke keluarganya.

 

Alifah Nur Husna N.P.

 

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar