Pagi itu Firda terbangun oleh suara-suara gaduh dari luar rumah, semua orang berteriak kencang saut-menyaut untuk menyuruh orang yang berada di dalam rumah keluar. Mereka yg keluar tidak membawa apa-apa kecuali diri sendiri dan keluarga yang berusaha mereka pastikan sudah lengkap. Tapi tak terbantah kan juga banyak orang yang berpisah dari keluarganya.
Semua mencoba untuk menjauh dari rumah masing-masing berusaha mencari lahan yang tidak ada benda atau bangunan yg tinggi yang di takutkan akan menimpa mereka jika mereka terlalu dekat dengan itu.
Di keadaan yang seperti ini yang di lihat oleh Firda setelah dia mengevakuasi ke lapangan adalah orang-orang yang mencoba untuk mencari anggota keluarga mereka yang mungkin masih ada di padatnya gerombolan-gerombolan. Mereka berlomba lomba berteriak yang membuat keadaan semakin runyam. Beberapa dari penduduk ada yang tertindas karna desak desakkan ada yang yg kena reruntuhan rumah-rumah penduduk ada juga yang masih berada di dalam. Dan beruntungnya Firda masih bisa berkumpul dengan keluarganya secara lengkap di lapangan ini. Sungguh nais keadaan ini,semoga dunia bisa membaik doa firda dalam hati.
Beberapa jam kemudian keadaan sudah mulai kondusif, orang-orang mulai kelelahan, para relawan berdatangan memberikan barang-barang yang telah disediakan untuk para korban gempa. Semuanya mulai membaik.
Tanpa sengaja sudut mata Firda menangkap sosok anak kecil yang termenung di pojokkan. Melihatnya sendirian, membuat Firda merasa kasian dan menghampirinya. "Adek, dimana keluargamu?" tanya Firda. Anak kecil itu hanya terdiam sambil berdesis menahan sakit. Firda yang mendengarnya tau bahwa si Adek sedang merasa kesakitan. "Dimana yang sakit? biar aku obatin dlu. " kata Firda sambil mencarikan kotak P3K di segerumbulan para relawan. Dia hanya menunjuk ke arah lebam tangannya yang sekarang sudah terlihat membiru. Firda dengan telaten membantunya mengompres. Disela-sela itu Firda mencoba lagi bertanya apa dia sudah bertemu dengan keluarganya. Dan anak kecil itu menggeleng dan menunduk "Keluargaku tadi bilang ingin pergi sewaktu aku bermain dengan temanku, jadi aku memilih bermain dengan teman-teman." ucapnya lirih. Suasana kembali hening sebelum ada teriakan yang memanggil nama Khalil. Anak kecil itu langsung berlari mencari sumber suara tersebut. Ahh rupanya namanya Khalil kata Firda dalam hati.
Ibu sang anak kecil yang di sebut-sebut khalil tersebut menghampirinya. "Halo, kamu yang membantu anak saya ya?" ucap wanita tersebut. "Saya hanya membantu mengompres saja, Bu." Jawab Firda. "Terimakasih ya nak, kalo boleh tau nama kamu siapa?" Tanyanya. "Firda, Bu." Jawabku singkat. "Ohhh, ini ada sedikit uang, tolong di terima ya." Katanya sambil memberikan sejumlah uang. "Tidak usah Bu, saya ikhlas membantu si Adek ko." Tolak Firda. Setelah itu ada sedikit perdebatan yang berakhir Firda menerima uang pemberian Ibu Khalil. "Saya pamit ya Firda, terimakasih sudah membantu anak saya, Assalamualaikum." Kata ibu itu mengakhiri pertemuan kita. "Terimakasih juga, Bu. Waalaikumsalam" Kata Firda.
Setelah pertemuannya dengan Khalil dan keluarganya, hari-hari di tempat evakuasi lebih terasa bermakna karna Firda semakin bersyukur masih mempunyai waktu bersama dengan keluarganya.
Oleh : Saskia Kinarepta Azarya Rahmat XI MIPA 6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar