Aku berdiri di balkon
asramaku sambil melihat pemandangan kota, tiba-tiba aku teringat bahwa satu
tahun yang lalu adalah hari terburukku,
hari dimana kota ini hancur dan mebuatku kehilangan orang tuaku.
****satu tahun yang
lalu****
“MILAAAN AYOO BANGUN INI UDAH JAM 6!!!!.”
Teriak ibuku. “Iya bu.” Jawabku dengan malas. Kemudian aku pergi untuk mandi.
“Milan mandinya jangan lama-lama” Kata ibu. “Iya buu.” Setelah itu aku pergi
untuk makan, namun saat aku ingin mengambil dada ayam tiba-tiba kakakku ikut mengambilnya
“Itu kan punyak aku” Teriakku dengan kesal. “Ya kan aku duluan yang ngambil
itu.” Jawab kakakku. “Tapikan kamu kakak, kamu harusnya ngalah.”Kata ku. Dia
adalah Paris kembaranku, kelahiran kami hanya selisih 20 menit. “Milan, udah yaa
kan kakak kamu dulu yang ngambil ayamnya, nanti kalo kamu udah pulang sekolah
ibu buatkan dada ayam lagi ya.”Kata ibu. “Ya udah.” Jawabku “. Hari itu aku sangat
kesal dengan ibu.
Pukul 10.00 saat aku berada di sekolah
tiba-tiba aku mendengar langit berderu-deru, setelah itu bumi bergoyang dan
melonjak-lonjak, dan dari luar kami mendengar ada yang berteriak “GEMPAA!”.
Kondisi kelas menjadi riuh dan berisik, guruku sudah menyuruh teman-temanku
untuk tenang dan berlindung di bawah meja, tapi banyak temanku yang tidak mendengarkan
malahan mereka berlarian pergi keluar kelas, aku dan teman disebelahku pun
menuruti perintah guruku dan berlindung di bawah meja sampai gempa berhenti.
Sesudah gempa berhenti guruku menyuruh semua yang ada di kelas untuk keluar dan
pergi ke lapangan dengan hati hati. Saat aku keluar kelas, aku melihat Paris
menghampiriku, “Milan, kamu gapapa?”tanya Paris. “Aku gapapa,kak.” Kemudian aku
dan Paris pergi ke lapangan, namun setelah kami sampai di lapangan ada gempa
susulan yang lebih besar dan aku melihat banyak temanku yang tertimpa bangunan
yang roboh, saat melihat itu aku langsung menangis.
Setelah gempa sudah berhenti, korban gempa
yang selamat langsung dibawa ke tempat penginapan, aku langsung teringat orang
tuaku dan aku mencoba untuk menelfon ibu dan ayahku dengan telfon umum tetapi mereka
tidak mengangkatnya, kemudian aku dan Paris memeriksa daftar korban gempa yang
meninggal dan luka-luka, saat kami melihat daftarnya Paris melihat ada nama ibu
di daftar orang yang sudah meninggal, aku dan Paris hanya bisa menangis,
berharap bahwa ini hanya mimpi. Kemudian kami mendengar informasi, bahwa di
kota tempat ayah bekerja tidak ada yang selamat, semuanya meninggal karena
gempa itu, setelah mendengar informasi itu, aku langsung merasa tak bersemangat
untuk hidup. Beberapa hari setelah itu, aku melihat anak yang berusia lebih
muda dariku sedang makan sendirian, aku bertanya kepadanya dimana keluarganya,
dia menjawab bahwa semua keluarganya sudah meninggal,namun anak itu tidak
terlihat sedih, kemudian aku bertanya kepadanya “kenapa kamu tidak terlihat
sedih.” Dia menjawab “aku sudah mengikhlaskan mereka.” Setelah itu aku merasa
bahwa aku kurang bersyukur, karena aku masih memiliki Paris, dan setelah kejadian
itu aku mulai belajar untuk mengikhlaskan kedua orang tuaku.
Nama : Belvina Nazarina Khalila
Kelas : XI MIPA 5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar