Jati Diri Sebenarnya

"ALMA! Jangan lupa bawa bekalnya! Mams dah siapin loh"


Ih Mams teriak-teriak terus, batin Alma.

"IYA MAMS" Teriak Alma yang baru saja akan menaiki mobilnya untuk berangkat ke Sekolah.

Selama perjalanan Alma terus saja menekan ponsel bobanya, tertawa, dan berpose di dekat jendela. Sampai sang supir tidak heran lagi.

"Neng, sudah sampai."
"Makasih ya, Pak. Nanti jangan lupa jemput gasik ya. Alma gak mau di jemput telat."
"Iya Neng, siap"

Alma berjalan dengan anggunnya dari depan sekolah ke kelasnya. Tiap langkahnya tak bisa menghindari tatapan sinis, benci, iri, sebal, dan tak peduli dari para siswi disana. Semua tatapan itu sangat jelas tertuju kepadanya. Alma tetap tidak peduli dengan tatapan tersebut.

"Eh Alma! Gimana kabarnya?"
"Eh Uza! Baik dong, kamu?" Jawab Alma dengan tersenyum lebar.
Dia bertemu dengan teman gengnya yang bernama Uza.
"Gimana menurut lo?"
"Hahahaha, gak baik-baik aja kayaknya." Jawab Alma dengan candaan.
"Bisa aja lo, yaudah ayo ke kelas."
"Yuk!"

Uza dan Alma jalan bersebelahan dan sepanjang jalan mereka bercanda dan tertawa. Sesampainya dikelas, mereka langsung mengambil posisi duduk di tempat yang biasa mereka duduki yaitu di pojok belakang. Tidak ada yang pernah mau mengambil tempat mereka itu.

"Eh Bro, kok bisa bareng sama Alma?"
"Iya nih, ketemu di bawah tadi." Uza menjawab pertanyaan Ian, salah satu geng mereka.
"Oh, yaudah sini duduk." Ujar Ian kepada Alma. Mereka bertiga lanjut berbincang disela waktu bel masuk.

Kringgg!!!

"Selamat pagi semua! Gimana kabarnya?" Sapa Pak Ahmad, wali kelas Alma.
"Pagi, Pak. Baik!" Jawab semua anak serempak.

"Hari ini bapak akan mengumumkan nilai ulangan Kimia yang paling tinggi."
Ricuh. Semua anak langsung bersuara dan melirik ke arah pojok belakang kelas.

"Nilai ulangan terbaik adalah..." Ucap Pak Ahmad tidak membuat semua anak tegang melainkan mereka santai seakan tidak peduli.

"Palingan si Alma gak sih?"
"Iya, mesti dia." Ucap dua orang siswa.

"Alma LeAnna!! Selamat Alma." senang Pak Ahmad. Setiap guru disekolah itu sangat menyukai Alma. Terlihat dari dia yang selalu aktif dalam pelajaran, berpakaian sesuai peraturan sekolah dan ramah kepada semua guru.
Alma yang sedari tadi memegang gawainya langsung berdiri dan maju ke depan.

"Terimakasih, Pak." Ucap Alma dengan tersenyum sembari mengambil kertas hasil ulangannya tersebut.
"Kalian contoh Alma ya, dia selalu dapat nilai tugas dan ulangan yang memuaskan."

"Tapi kan lebih baik jujur nilai standar pak daripada nilai bagus tapi gak jujur." Celetuk seorang perempuan yang duduk dibarisan tengah.
"Maksud kamu apa Fafa?" Tanya Pak Ahmad kebingungan.
"Bapak selama ini gak tau kan? Kalau Alma selalu nyontek saat ujian dan semua tugas bukan dia yang mengerjakan." Ujar anak bernama Fafa tersebut.
"Apaan sih, Fa? Aku gak pernah nyontek. Sejak kapan aku nyontek? Kamu gak usah nuduh aku." Alma langsung membalas ucapan Fafa seolah dia tak mau disalahkan.

"Kamu kira aku nuduh kamu tanpa bukti?"
Fafa menatap Alma tajam.
"Maksud kamu apa, Fa?" Alma mulai terlihat panik dan linglung.
"Selama ini kita semua udah tau kelakuanmu. Kita ada bukti dan saksi." Ucap Fafa terlihat senang.
"Fafa, maksudmu saksi apa? bukti? Masalah apa?" Pak Ahmad semakin bingung dengan topik perbincangan ini.


Satu minggu yang lalu, Fafa dan seorang temannya sedang berjalan menuju koperasi sekolah untuk membeli buku. Dia tak sengaja melihat Alma yang sedang berbincang dengan salah seorang murid di kelas lain.
"Itu Alma bukan sih? Perasaan tadi dia ijin ke toilet deh kok ada disini?" Ucap Fafa kepada temannya.
"Eh iya, itu si Alma." Jawab temannya.
Karena penasaran Fafa langsung menyeret temannya dan mendengarkan percakapan mereka.

"Lan, tolong kerjain tugas matematika sama biologi ku ya. Please..." Ucap Alma memohon.
"Iya, kirim ke aku aja tugasnya nanti aku kerjain." Ucap seseorang itu sambil tersenyum.
"Makasih, ih Alan baik deh!" Ucap Alma senang.

Fafa langsung menyadari kalau orang yang bersama Alma itu adalah Alan, salah satu anak pintar disekolah. Ranking dia selalu berada di tiga atas.

"Alma sama Alan? Besok aku coba deh aku tanya Alan." ujar Fafa dalam hati. Kemudian dia pergi dari tempat tersebut dan melanjutkan niatnya untuk kembali ke koperasi sekolah.

Saat pulang sekolah, Fafa mendatangi eskulnya yaitu KIR dan bertemu dengan Alan. Mengingat kejadian tadi siang, dia langsung bertanya kepada Alan.
"Alan, aku mau nanya sesuatu." Ucap Fafa mendatangi Alan yang sibuk dengan peralatan percobaannya.
"Tanya aja Fa, kenapa?" Jawab Alan yang masih sibuk dengan peralatannya.
"Tadi siang kamu sama Alma ngapain?" Tanya Fafa langsung ke intinya.
Alan yang awalnya sibuk menjadi terdiam dan menatap Fafa.
"Maksud kamu apa, Fa?" Tanya Alan yang terlihat sedikit terkejut.
"Tadi siang aku gak sengaja liat kamu sama Alma. Maaf aku juga sedikit dengar obrolan kalian." Ucap Fafa sopan.
"Jangan disini, keluar bentar ya."
Fafa dan Alan langsung melanjutkan perbincangan mereka diluar laboratorium KIR.

"Kamu liat aku sama Alma?" Tanya Alan.
"Iya aku gak sengaja liat, aku juga denger percakapan kalian." Jawab Fafa.
"Aku denger tadi kayaknya Alma minta tolong kamu kerjain tugasnya, beneran?" Tanya Fafa sekali lagi.
Alan menghela napas. "Iya bener, dia minta tolong aku kerjain tugasnya." Jawab Alan tertunduk.
"Kok kamu mau aja sih?" Tanya Fafa.
"Dia bilang sibuk organisasi jadinya dia gak sempat kerjain tugas dan akhirnya minta tolong aku." Ucap Alan.

"Kenapa kamu gak nolak? Kamu kan bisa aja bilang kamu bantuin tapi gak semuanya dikerjain kamu. Dan walaupun dia ikut organisasi, seharusnya dia bisa bagi waktu loh. Tadi perasaan aku liat dia pulang gasik tuh. Langsung dijemput sama supirnya." Ujar Fafa yang melihatnya langsung tadi.

"Ya gimana lagi Fa. Aku nurut karena aku juga suka sama Alma. Jadi apa aja aku turutin." Ujar Alan mengaku.
"Kamu mau dimanfaatin sama Alma cuma buat ngerjain tugas?" Ucap Fafa tegas.
"Gak gitu sih." Jawab Alan.
"Harusnya tuh ya sebagai teman yang baik kamu tuh bantuin Alma ngerjain tugasnya bukan kamu yang kerjain tugasnya. Kan jadinya kalian berdua sama-sama paham dan ngerjain."
"Iya deh, Fa. Besok aku coba bilang ke Alma." Ujar Alan.
"Nah gitu dong jadi laki." Ucap Fafa senang.

Tiba-Tiba terlihat seorang anak perempuan berlarian menghampiri Fafa.
"Eh Fa, lo liat Alma gak? Tuh anak kemana ya? Gua cariin daritadi." Ucap seorang anak yang memakai jas osis.
"Tadi aku liat dia pulang sama sopirnya." Ucap Fafa santai.
"Gila tuh anak. Harusnya hari ini ada rapat loh. Dia sekertaris harusnya nyatet." Panik siswi osis tersebut sambil mengetik sesuatu di gawainya.
"Loh dia ada acara osis? Dia gak ngabarin kamu?" Ucap Fafa kaget.
"Iya. Harusnya dia tau loh hari ini rapat. Kita udah bahas di grup chat semalam." Balas siswi osis itu.
"Yaudah deh, makasih ya Fa. Gua balik dulu." Sambil melambaikan tangan dia berlari kembali ke ruang osis.

"Tuh kan, gua beneran ngerasa aneh sama Alma. Kayak ada sesuatu yang gak beres. Yaudah aku pergi dulu ya Alan. Terimakasih waktunya." Ujar Fafa berpamitan.
"Iya, sama-sama. Kalau butuh sesuatu bilang aja ya." Jawab Alan.
"Oke."

Hari demi hari kejanggalan terkait sifat Alma mulai terlihat oleh Fafa. Dia merencanakan sesuatu untuk membuktikannya dengan benar. Dia meminta hampir semua anak di dekat Alma untuk membantunya dan mereka semua bersedia. Terutama teman sekelas mereka yang setiap saat kesal melihat sifat Alma.

"Jadi hari ini kita bakal ulangan kimia. Ian aku minta tolong kamu awasin dia karena kamu selalu duduk disebelahnya dan dia gak mau duduk sama siapapun kecuali kamu. Dan karena hari ini kita ulangan pakai gawai, kamu tolong awasin dia ya. Aku juga bakal minta tolong Alan buat jaga-jaga." Ucap Fafa panjang lebar.
"Siap." Ucap Ian dan beberapa anak yang dipanggil Fafa keluar.
Alma tidak mencurigai hal tersebut karena dia kira Fafa hanya memberikan informasi secara Fafa adalah ketua kelas.

Ulangan kimia pun dimulai. Semua anak fokus mengerjakan soal yang tersedia di gawai mereka masing-masing dan menyalinnya dikertas. Hanya dalam 50 menit dari 1 jam 30 menit yang diberikan, Alma sudah menyelesaikan ulangannya. Dia menyerahkan kertas ujiannya kepada Pak Ahmad dan kembali ke tempat duduknya. Semua anak dikelas sempat terkaget tetapi mereka tidak heran lagi.
Setelah waktu ujian selesai, semua anak sibuk membahas soal ujian tersebut.
Fafa berjalan menuju meja Alma dan Ian.
"Alma, aku mau nanya yang soal nomor 15, itu jawabannya kok bisa gitu ya?" Tanya Fafa karena dia tadi melihat Alma yang selesai dengan cepat sedangkan dia perlu waktu lama untuk menyelesaikan soal itu.

"Oh, itu pernah dikasih tau kok sama Pak Ahmad." Jawabnya.
Tidak puas dengan jawaban Alma, Fafa kembali bertanya.
"Hah? Yang mana? Itu materi yang mana?"
"Itu loh, materi yang itu yang dulu awal awal apa ya." Jawab Alma tidak jelas.
Karena Fafa kesal dengan jawaban Alma dia pergi dari tempat tersebut.

Sepulang sekolah, Fafa mendatangi Ian dan menanyakan bagaimana rencananya tadi dan ternyata berhasil. Ian berhasil memfoto apa yang dilakukan Alma. Seperti dugaannya Alma membuka browser dan membuka chatnya dengan Alan. Untuk memastikannya lagi, Fafa bertanya kepada Alan apakah benar. Dan dia jawab benar. Tapi Alan berkata bahwa dia tidak mau membantu Alma karena dia sedang ujian dan Alma marah padanya.

Setelah cukup mendapatkan berbagai bukti dan saksi, akhirnya Fafa berani menyuarakan hal terkait masalah tersebut.


"Saya Pak, saya lihat Alma membuka hpnya setiap saat dia ulangan. Dia selalu buka browser." Ucap Ian sambil mengangkat tangannya.
"Ian, kamu kenapa sih? Kok kamu berani gitu?" Marah Alma.
"Alma, aku udah caoek ingetin kamu terus terkait hal itu. Kamu bilang gakpapa karena aku sama Uza disebelahmu. Tapi aku juga gak mau temebku terjerumus lebih dalam. Kalau aku ingetin kamu kamu juga gak akan berubah. Jadi aku ikut saran Fafa buat bantu dia." Jawab Ian panjang lebar.
"Muka dua banget kamu, Ian. Bisa-bisanya kamu gitu!" Ucap Alma fengan nada tinggi.
Mulai terlihat sifat asli Alma. Dia oernah berkata kalau dia tidak pernah dan tidak bisa marah. Ternyata semua perkataannya itu bohong. Dia hanya ingin terlihat sebagai anak baik di depan semua orang.

"Pak, semuanya gak bener. Mereka cuma mau ngejelekin saya. Saya gak akan oernag ngelakuin itu." Ucap Alma yang perasaannya bercampur aduk.
"Karena disini tidak kondusif dan masih jam pelajaran. Nanti kita bahas saat istirahat diruang BK bersama bapak ya." ucap Pak ahmad menghela napas frustasi. Ternyata, anak didik yang paling dia banggakan melakukan hal yang tidak baik.

Saat jam istirahat, Alma, Fafa, Ian, dan Alan pergi ke BK. Mereka semua duduk di kursi yang telah disiapkan dan menghadap ke guru BK serta Pak Ahmad.
"Fafa, coba ceritakan dari sudut pandangmu." Ujar guru BK.

Fafa menceritakan semua yang telah dia lihat dan dia amati selama ini. Alma yang mendengat itu terduduk lemas dan merasa bersalah. Filanjut dengan cerita dari Ian dan Alan. Setelah semuanya bercerita, guru BK menanyakan suatu hal kepada Alma.
"Menurutmu, apa yang diceritakan temanmu benar?"
Alma terdiam sebentar dan menunduk. Tak lama dia menatap guru BK tersebut dan telrihat setetes air mata terjatuh ke pipinya.
"Maaf, Bu. Saya gak bermaksud ngelakuin semua ini. Saya tertekan oleh keluarga saya yang memaksa saya untuk jadi yang terbaik. Saya tidak tau apa yang harus dilakukan. Jadi saya berbuat seperti itu dan tanpa sadar sudah menjadi kebiasaan saya. Saya mulai menunjukkan jati diri yang palsu kepada semuanya. Maafkan saya." Tangis Alma.

Semua yang ada diruangan tersebut terdiam mendengar cerita dari Alma. Fafa, Ian, dan Alan merasa bersalah sekaligus lega mendegar cerifa Alma. Ternyata Alma tidak seburuk yang mereka pikirkan.

Walaupun begitu Alma tetap mendapatkan hukuman terhadap hal yang dilakukannya, orang tua Alma marah tetapi berhasil ditenangkan oleh guru disekolah.
Sebelum Alma dipulangkan untuk diberi skors selama 2 hari, Fafa berjanji kepada Alma jika dia kembali Fafa akan selalu berada di dekatnya dan dia tidak harus menunjukkan sisi palsunya, dia bisa menjadi dirinya sendiri. Dengan demikian, Alma tidak akan lagi merasa tertekan oleh dirinya sendiri.

Oleh: Keisha Naura Febrina





Tidak ada komentar:

Posting Komentar