Udah sana jangan ganggu aku!" aku menutup pintu kamar ku dengan suara yang begitu keras. Bagaimana tidak kesal? Aku yang sedang belajar untuk ujian matematika tiba-tiba diganggu dengan kakakku. Dia memang selalu jahil padaku, di dalam rumah saja sifat dia jahil saat di luar rumah dia seperti berbeda kepribadian. Jika dia di luar bersikap sangat baik dan kalem, mangkannya banyak yang suka sama dia. Namanya Loui, iya sedikit aneh sih untuk ukuran nama anak-anak di Indonesia, tapi intinya nama dia Loui. Kita beda lumayan jauh jarak umurnya, tapi tidak ada yang menghalangi dia untuk bertingkah seperti anak kecil kepadaku. Dan itu selalu membuat ku kesal, aku tidak suka saat dia menggangguku! Mama bilang itu hal wajar karena seorang kakak memang suka menjahili adiknya, tapi bisa tidak sih sehari saja tidak usah menganggu ku?! Aku harap dia cepat-cepat dapat kuliah di luar kota supaya tidak bisa menganggu ku lagi.
"Lulu, ayo main. Jangan terlalu sering belajar gitu ah." Kata Loui dengan senyum jahilnya.
"Gak bisa! Kakak ga lihat aku besok ujian? Sana pergi main sendiri! Kaya gak punya teman aja." Ucapku marah-marah.
"Ya ya ya selalu saja begitu, kapan sih kamu bisa main lagi sama kakak?" Tanya Loui.
"Gak ada. Udah sana!" aku mendorong kakak ku supaya keluar dari kamar.
Saat makan malam.
"Mama aku jadi daftar di universitas yang ada di Bandung ma, hehe." Ucap Loui saat sedang mengambil paha ayam ke piringnya.
"Iya kah? Alhamdulillah kamu mengikuti kemauan mama." Jawab mama dengan lembut.
"Baguslah, jadi kamu cepat pindah dari rumah ini." Sebenarnya aku tidak bermaksud mengucapkan dengan nada ketus, tapi sudah terlanjur terucap seperti itu.
Tiba-tiba ruang makan hening, semua menatap ke arah ku.
"Kok ngomong nya gitu?" Tanya papa.
"Ya biarin lah, Loui kan jahil terus sama aku, kalau dia cepat ke luar kota jadi tidak ada yang lagi jahil sama aku." Jawab ku.
"Tapi gak sopan kamu ngomong seperti itu. Minta maaf sama Loui!" Mama berkata dengan tegas.
Aku tidak terima jika semua menyalahkan aku, kalian tidak tahu saja rasanya dijahili selama hidup ku dengan Loui, semua hanya melihat sisi manis Loui saja.
"Kok ini semua jadi salahku? Kan aku cuma senang doang dia mau ke luar kota, jadi gak ada yang ganggu aku." Ujarku.
"Lulu-" Mama sudah siap meledak.
"Udah ma, itu bukan salah Lulu kok. Aku juga salah terlalu jahil ke Lulu, udah ya kita makan aja sekarang. Semoga aku bisa keterima biar Lulu gak ada yang jailin terus." Ucap Loui, sambil tersenyum. Sebenarnya aku sedang dibela tetapi kenapa aku kesal ya? Sifat dia yang sok baik lagi-lagi keluar dan mama selalu memuji sifat baiknya itu. Tapi, jadi sedikit sedih juga-
"Nanti Lulu juga yang bakal kangen sama aku kok." Tiba-tiba Loui mengatakan hal itu.
Tidak jadi. Pokoknya tidak ada kata-kata sedih sama sekali.
Beberapa bulan kemudian, Loui mendapatkan surat bahwa ia diterima di kampus idamannya itu. Semua keluarga merayakan dengan bahagia, termasuk aku. Akhirnya terbebas dari Loui. Singkat cerita, Loui akhirnya menemukan tempat tinggal sementara nya di Bandung, dan hari ini dia akan pergi ke Bandung. Kita sekeluarga mengantarkan sampai stasiun.
"Dadah Lulu, jaga diri baik-baik ya?" Loui berkata sambil mengusap-usap rambutku. Jadi berantakan kan.
"Iya iya udah. Aku bukan anak kecil. Bisa jaga diri." Kataku sambil mengibaskan tangan kakakku.
Kakaku tersenyum, "Belum apa-apa udah kangen deh sama Lulu."
"Aku sih yakin gak bakal kangen sama kamu." Jawab ku.
Kakak ku hanya bisa tersenyum dan setelah itu dia berpelukan dengan mama dan papa lalu ia pergi ke kereta yang ia sudah pesan. Ia selalu melambai-lambaikan tangannya ke arah kami saat mau meninggalkan kami untuk menuju ke keretanya. Aku dan yang lainnya juga melambai-lambai balik.
"Akhirnya, kehidupan bebas!" kata ku setelah sampai di rumah.
Seminggu, dua minggu semuanya terasa sangat menyenangkan tapi lama-lama kok hampa juga ya, tidak ada yang mengganggu ke kamar, tidak ada yang sekedar bertanya hal-hal tidak jelas, tidak ada yang bertanya tentang baju yang dikenakan sudah cocok atau belum. Terlalu lama memikirkan itu membuat dadaku sesak, "Kenapa dulu aku tidak meluangkan waktu lebih lama bersama Loui ya." aku pikir.
Aku pun berjalan ke kamar Loui, entah apa yang mendorong ku ke situ. Setibanya di kamar Loui aku menyalakan saklar kamarnya, kosong. Tidak ada siapa-siapa di kamar. Biasanya jika aku pergi ke kamar ini pasti Loui selalu terlihat senang melihat diriku. Aku menyandarkan diriku di pintu Loui dan aku teringat Loui pernah berkata, "Belum apa-apa udah kangen." Aku tidak mau mengakuinya tapi iya, Loui betul. Belum apa-apa aku udah kangen Kakak. Tapi tidak ada gunanya menyesali masa lalu. Aku menguletkan tanganku. "Nanti kalau kakak udah balik, mau aku beliin jajan banyak ah."
Oryzza Ekla XI MIPA 6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar