19 April 2011
“Aku cuma pergi sebentar kok, nanti juga aku kembali. Aku
janji”
--
Pagi ini seperti biasa, Langit
masih kelabu. Burung-burung terdengar riang bernyanyi. Hembusan angin masuk
lewat sela-sela jendela kamar dan menyapaku. Dingin. Aku segera beranjak dari
tempat tidur, dan melihat kelender yang terpajang di atas meja belajar.
19 April 2021
Hari ini adalah hari perayaan 10
tahun ia mengucapkan kalimat itu. kalimat dimana ia berjanji bahwa ia hanya
pergi sebentar dan pasti kembali. Aku selalu berharap ia menepatinya.
Kevin Adelard, sahabat
kecilku. Dulu, aku bertemu ia di taman saat aku sedang menangis karena dibully
oleh teman sekelasku. Ia datang dan memberiku sebuah permen. Dari situlah persahabatan
kita dimulai. Aku dan ia bermain bersama setiap hari. Sampai suatu hari, ia mengajakku
pergi ke sebuah rumah pohon.
“tadaaa.. gimana kalo ini jadi markas
kita?”
“WAAHH, maauu. Keren banget.”
“Iya dong. Sini, kita tulis nama
kita. Kamu duluan.”
“Kei.”
“ And Kev.”
“Sahabat selamanya.”
Awalnya persahabatan kita memang
berjalan lancar. Namun, ternyata ia harus pergi meninggalkanku karena harus pindah
rumah. Sampai sekarang pun aku tak tau ia pindah kemana, dan dimana. Aku segera
merapikan rambut, mengambil cardigan
putih di lemari, lalu segera turun kebawah menemui mamah yang sedang berada
di dapur.
“Mah, aku izin pergi jalan-jalan ya?” ucapku.
“Pagi-pagi gini mau kemana sayang, ngga sarapan dulu?”
“Engga mah, nanti aja.”
“Yaudah, hati-hati yaa. Jangan lupa dipakai cardigannya,
dingin loh.”
“Oke, Mah.”
Setelah mendapatkan izin dari
mamah, aku memakai cardiganku dan keluar dari rumah. Aku berjalan menuju markas
bermain kita berdua dulu, tempatnya tidak terlalu jauh dari rumah. Tak lama, aku
pun berhenti di sebuah rumah pohon yang sudah rapuh.
Kei and Kev, sahabat
selamanya. Aku membaca tulisan yang ada di atas rumah pohon tersebut. Aku tersenyum
rindu.
Setiap setahun sekali, aku datang
kesini berharap ia datang dan mengatakan ia telah Kembali. Aku duduk bersandar
dipohon sambil mengingat kenangan kita dulu. Indah.
Tiba-tiba..
“Kamu Keith?” tanya seorang wanita
yang sedang jalan menghampiriku.
“I.. iiyaa tante, ada apa ya?” jawabku
gugup.
Setelah mendengar jawaban dariku,
wanita tersebut memelukku dengan sangat erat dan meneteskan air matanya. Ia menangis,
dan semakin keras tangisannya.
Aku bingung. Mengapa ia menangis? Siapa dia?
Aku berusaha menenangkannya, dan memberanikan diri untuk
bertanya.
“Maaf tante, tante siapa ya? Kenapa
tante nangis?”
“Tante ibunya kevin sayang."
Aku terkejut, benar-benar
terkejut. Ini adalah pertama kali aku bertemu dengan ibunya karena selama aku
berteman dengannya, aku sama sekali tidak tahu apapun tentang keluarganya.
“Tante kok bisa tahu nama saya? Saya
aja baru pertama kali ketemu sama tante.”
Ibu kevin malah menangis lagi, dan mengeluarkan sesuatu dari
sakunya.
“Kevin cerita semuanya tentang
kamu keith. Setiap hari tante dateng kesini cari kamu, tapi tante ngga pernah
ketemu kamu. Dan hari ini takdir mempertemukan kita. Ini, ada surat. Surat ini
adalah surat terakhir dari kevin.”
Surat terakhir? Maksudnya?
Aku segera membuka surat tersebut, dan membacanya.
DEG.
Jantungku rasanya berhenti. Pikiranku
buyar seketika. Tubuhku kaku. Aku tidak kuat lagi menahan air mataku, aku
menangis sesenggukan membaca surat tersebut. Kalimat terakhir dari surat itu adalah
jawaban dari pertanyaan-pertayaanku selama ini.
Kapan kamu Kembali? Katanya hanya pergi sebentar?
Kini, aku sudah tahu jawabannya. Kamu memang sudah Kembali,
tapi kembali kepada tuhan. Kamu juga bukan pergi sebentar, melainkan pergi
selamanya.
----
“Aku mengidap penyakit kanker. Aku pamit pergi Keith, aku minta maaf karena ngga bisa nepatin
janji aku. Selamat tinggal, aku menyayangimu.”
-kevin
----
Andrien Hylmi Syahda Tsabita
XI MIPA 4
Tidak ada komentar:
Posting Komentar