“Bye Mah, aku berangkat sekolah dulu yaa”
“Iyaa, hati-hati sayang”
“Iya Mahh”
Olet pun berangkat ke sekolah seperti biasa. Karena jarak dari rumah ke sekolahnya dekat, Olet berangkat ke sekolah dengan berjalan. Dia bisa saja menggunakan sepeda, tetapi jika dia membawa sepeda ke sekolah selalu saja ada yang menaruh barang-barang di keranjang sepedanya. Contohnya seperti bunga, boneka beruang, coklat, dan lain sebagainya yang kini barang-barang tersebut menumpuk di satu ruangan karena saking banyaknya barang yang Olet dapatkan. Entah apa maksud si pelaku mengirimkan barang-barang tersebut, tapi Olet sering mendapatkannya. Mungkin ada orang yang menyukai atau kagum dengannya.
Sebelum cerita ini berlanjut, aku sebagai penulis, akan menceritakan biodata dari tokoh utama kita. Nama lengkapnya adalah Violet Ilyana Putri. Kalian bisa panggil dia Olet atau Vio. Sebenarnya nama panggilannya yang asli itu Vio, tapi menurut teman-temannya dipanggil Olet itu lebih lucu. Jadi, dia ubah nama panggilannya jadi Olet. Seorang anak tunggal yang sekarang menduduki bangku kelas 11. Tidak memiliki kakak ataupun adik. Makanya, ibu Olet yang bekerja sebagai ibu rumah tangga ini, sangat amat menyayangi anaknya. Ayah Olet bekerja di bidang pelayaran. Olet tidak mengetahui pekerjaan apa yang dilakukan oleh ayahnya ini, yang dia tahu bahwa ayahnya ini selalu bekerja di atas kapal dan berlayar entah kemana dan membuatnya jarang sekali pulang ke rumah. Oke, sekarang balik ke ceritanya. Kasian Olet belum sampe-sampe ke sekolah.
Hari itu cuaca agak sedikit mendung. Menjadikan udara seperti jarum yang menusuk kulit. Hari yang suram tidak menjadikan Olet suram juga. Dia pergi ke sekolah dengan perasaan bahagia tanpa tau akan terjadi hal apa di sekolah nanti. 10 menit berlalu dan Olet pun sampai di sekolahnya. Di gerbang sekolah terlihat Micell, teman sekelas Olet, sedang menunggunya untuk masuk ke sekolah bersama. Lantaran, biasanya ada saja hal-hal di luar nalar yang menghampiri Olet. Jadi Micell selalu menemani Olet kapan dan dimanapun Olet berada.
“Udah nunggu lama?” Tanya Olet.
“Udah 30 menit yang lalu si Let kalo lo mau tau.” Jawab MIcell sambil tersenyum masam.
“Hehe maaf. Abisnya tadi mamah bikinin aku brownies buat dibawa ke sekolah, tapi bikinnya lama banget. Nah, dari pada tu kepala makin panas mending makan brownies aja.” Bujuk Olet kepada Micell.
“Ya ga ada brownies juga pasti gua maafin. Tahan banting gue mah. Mau ada ujan badai salju juga gua rela nungguin elo Let.”
“Hehe jadi sayang dech, muaah.”
“Eeewwww, sorry sorry aja nih tapi gua normal. Sukanya sama laki.” Jawab Micell sambil berjalan menghindari Olet yang tengah tersenyum menyeramkan seakan-akan akan menyantap Micell.
KKRRRRIIIIINGGGGG
Bel sekolah yang nyaring berbunyi beredar ke seluruh penjuru sekolah. Olet dan Micell yang baru saja sampai di pintu kelas segera duduk di tempat duduk masing-masing. Baru saja Olet menarik kursi, tiba-tiba dia melihat ada secarik kertas yang dilipat rapi beserta pita yang terikat tergeletak di atas kursinya. Saat Olet mengambil kertas tersebut, dia terkejut. Ini sudah yang ke 8 kalinya dalam 2 minggu ini. Ia selalu mendapatkan surat aneh yang entah siapa pengirimnya. Tentu saja dia adalah pelaku yang sama dengan orang yang selalu memberinya barang-barang ‘aneh’ juga. Surat itu berisi,
“Hai Olet sayang, kenapa kamu ga nawarin browniesnya ke aku? Aku kan udah nungguin kamu juga. Kamu ga kasian sama aku? Ga sayang sama aku? Aku aja sayang loh sama kamu.”
Olet bergidik ngeri. Pasalnya saat tadi dia menawarkan browniesnya kepada Micell, tidak ada orang di sekitarnya. Karena saat itu jam sudah menunjukkan pukul 07.57. Yang dimana dalam 3 menit, bel sekolah akan berbunyi. Dan yang baru datang saat pukul 8 lebih maka akan dihitung terlambat.
Micell yang melihat Olet mematung di depan mejanya pun bertanya-tanya dan ia segera menghampiri Olet.
“Kenapa Lu diem kek patung gitu?” Micell bertanya.
“HAH DAPET SURAT LAGI? Ga ada capenya tu orang ngirim surat mulu. Coba dong liat gua mau baca.”
Oletpun memberikan surat itu kepada Micell.
“Wahhh coyy. Yang ini gila sih. Tadi pagi ga ada orang loh di depan gerbang. Gimana caranya dia tau lu bawa brownies?”
“Udah lah biarin, kita fokus sekolah dulu. Pulang sekolah kita kumpul bareng yang lain.”
“Oke oke. Lu sekarang tenang ya. Jangan mikir yang aneh-aneh dulu. Gua disini kok tenang. Gua bakal ngejagain elo Let.”
“Iya makasih Mi”
Olet dan Micell pun melanjutkan aktivitas belajar mereka.
Sepulang sekolah, Olet dan Micell sudah menunggu teman-teman mereka yang lain di perpustakaan kecil di rumah Micell. Mungkin sekarang sudah bukan perpustakaan, tapi ‘markas’ mereka. Tempat mereka bercerita, berkeluh kesah, kerja kelompok, dan lain sebagainya.
Beberapa menit kemudian, Bella, Ryan dan Billy pun datang. Mereka pun segera berkumpul bersama Olet dan Micell yang sedang membaca surat-surat yang di terima Olet selama 2 minggu ini. Bella, Ryan, dan Billy ikut mematung karena membaca surat yang baru Olet terima tadi pagi. Mereka yang sedari tadi mematung pun akhirnya tersadar saat Olet memanggil mereka untuk duduk. Selama 2 minggu ini Olet dan teman-temannya bertanya-tanya, siapa yang mengirim surat dan barang-barang ‘aneh' tersebut. Bella sudah sangat geram karena si pelaku tidak berani memunculkan diri dan hanya bisa bersembunyi saja. Ryan mengajak mereka untuk mencoba mengungkapkan siapa pelaku di balik kejadian ini semua. Awalnya mereka takut karena mereka tidak tahu siapa dan bagaimana orang yang akan mereka temui. Tetapi Micell meyakinkan teman-temannya. Dia ingin Olet bisa menjalani kehidupan sekolah yang normal kembali tanpa diganggu.
"Nah jadi mau gimana nih? Kita harus mulai darimana biar kita bisa tau siapa pelaku yang ngirim ini semua.” Tanya Olet kepada teman-temannya.
“Tapi aku bingung, tu orang ngapain si ngirim-ngirim barang diem-diem kaya gini. Kalo suka sama Olet kan bisa ngomong langsung, gimana sih tu orang.” Jawab Ryan kesal.
“Kalo suka juga ga gini-gini amat harusnya. Ini udah berlebihan, terlalu terobsesi sama Olet.” Jawab Bella.
“Iya bener ini udah berlebihan, tapi kita harus tau dulu siapa orangnya.” Saut Micell.
Tiba-tiba Ryan mendapatkan ide. "Oh gua tau, kayanya kita perlu jawab surat si pelaku ini. Terus, kita coba tanya siapa dia, dimana dia dan kenapa dia selalu ganggu Olet."
"Hmm bener juga. Hal pertama yang harus kita lakuin adalah jawab surat itu." Jawab Olet setuju.
Akhirnya, mereka pun bersepakat untuk menjawab surat tersebut. Tetapi Olet bingung bagaimana mereka memberikan surat tersebut. Namun, akhirnya Bella memberi usul untuk menaruh surat itu di kursi Olet sebagaimana Olet mendapatkan surat itu.
Selesai membuat balasan surat tersebut, mereka pun pulang ke rumah masing-masing. Olet yang baru saja masuk rumah segera menemui ibunya. Dia menceritakan bahwa di sekolah tadi dia mendapatkan surat lagi. Ibu Olet yang mendengar hal itu pun kesal. Karena, pelaku ini terlihat sudah sangat terobsesi dengan Olet. Tetapi kekesalannya mereda saat Olet mengatakan bahwa dia dan teman-temannya akan berusaha mencari siapa pelaku di balik semua kejadian ini. Sebenarnya ibu Olet khawatir, tetapi dia juga yakin dan mendukung bahwa anaknya bisa menemukan si pelaku.
Keesokan harinya saat pulang sekolah, Olet meletakkan surat itu di atas kursinya. Dan kemudian pulang ke rumah seperti biasanya. Di kamarnya dia merenung sendirian di atas kasur. Sedikit antusias karena mereka memulai aksi mereka untuk mencari si pelaku. Tapi juga merasa takut akan hal buruk yang bisa saja terjadi saat melakukan penyelidikan ini.
Keesokan harinya saat Olet tiba di bangku kelasnya, dia melihat secarik kertas yang sudah dia tebak siapa pelakunya. Pelaku tersebut menjawab surat yang di berikan Olet.
“Eh sayang? Tumben kok jawab suratku? Kamu mau tau siapa aku? Dateng ke gudang belakang sekolah jam 3 sore nanti. Kamu boleh ajak temenmu kok, asal mereka semua bisa jaga rahasia.”
Olet memanggil Micell yang baru saja masuk ke dalam kelas. Dia memberitahu Micell isi surat yang dia dapat. Micell pun segera memberitahu teman-teman mereka yang lain.
Sepulang sekolah pukul 3 sore.
“Ini kita di suruh ke gudang nih?” Ujar Bella ketakutan.
“ Iya nih, gudang sekolah kita kan agak nyeremin.” Billy pun ikut menyaut ketakutan.
“Yaelah, langitnya masih terang ni loh. Ga bakal ada apa-apa. Udah ayo cepet masuk.” Ujar Micell meyakinkan teman-temannya.
Kriiietttt
Mereka berlima pun akhirnya masuk ke dalam gudang tersebut. Ryan sibuk mencari sakelar lampu karena di dalam gudang itu sangat gelap. Setelah lampu gudang itu menyala, mereka tidak melihat ada satu orang pun di sana. Hanya ada barang-barang milik sekolah yang sudah rusak dan tak terpakai. Untuk memecah kebingungan tersebut, Olet berjalan menuju meja yang dia lihat di atasnya ada sobekan-sobekan kertas. Teman-temannya yang lain pun mengikutinya.
“Guys, ini ada tulisan-tulisannya ngga sih? Coba kita susun.” Ujar Olet.
Akhirnya mereka menyusun sobekan-sobekan kertas itu agar menjadi kertas utuh dan mereka dapat membaca tulisan yang ada di kertas tersebut. Setelah beberapa menit, mereka pun berhasil menyusun sobekan kertas tersebut. Di kertas tersebut tertulis,
“HAHAAH, kalian kira bakal segampang itu nemuin aku? Ga bisa dong, sebelum kalian nemuin aku, aku ajak kalian main games dulu. Siapa yang bertahan sampai akhir, dia yang menang. Kalau kalian mau memenangkan permainan ini, ikuti petunjuk yang ada di setiap kertas yang kalian temuin. Happy play the games kids.”
Mereka semua terkejut, merasa di permainkan oleh si pelaku.
“Wah parah ni pelakunya, ngajak gelut tu anak.” Respon Ryan
“Udah udah, mending kita lanjutin aja. Tadi kan katanya suruh liat petunjuk yang ada di kertas.” Ujar Olet sambil mencari petunjuk yang ada di kertas seperti yang di sebutkan tadi.
“Pasir, warna-warni, kecil, pancuran.”
Mereka semakin kebingungan setelah melihat petunjuk tersebut. Billy mengatakan tempat yang di maksud adalah pantai. Bella mengatakan tempatnya adalah taman kanak-kanak. Tapi Olet merasa bukan kedua tempat tersebut. Kemudian Micell mengatakan tempat tersebut adalah taman bermain. Yup, Micell benar. Di taman bermain terdapat pasir yang biasa digunakan untuk bermain anak kecil, warna-warni menandakan bahwa mainan yang ada di taman bermain berwarna-warni, kecil dimaksudkan bahwa yang bermain disana adalah anak kecil, dan pancuran karena di tengah-tengah taman bermain itu terdapat pancuran. Tidak menunggu lama, mereka semua segera pergi menuju taman bermain yang letaknya lumayan jauh dari sekolah mereka.
Sampai di taman bermain, lagi-lagi mereka tidak menemukan si pelaku tersebut. Hanya terdapat anak-anak yang sedang bermain bersama dan ada beberapa orang tua yang berdiri di tepi taman sambil menjaga anak mereka dari kejauhan.
Setelah sekian lama mencari, mereka tidak bisa menemukan petunjuk tersebut. Namun akhirnya Bella menemukan sebuah ide. Di kertas yang mereka dapatkan tadi, ada tulisan pasir. Bella pun segera menuju kotak pasir dan mencari-cari apakah ada petunjuk di pasir tersebut. Banyaknya pasir membuat Bella kesulitan menemukan petunjuk, dan Bella pun memanggil teman-temannya. Dan tidak lama setelah itu Ryan berhasil menemukan sebuah kertas.
“Oh selamat, kalian berhasil menemukan petunjuk yang kedua. Tapi tenang, masih ada lagi petunjuk yang harus kalian cari.”
Ryan yang pertama kali membaca surat itu pun kesal. Mereka harus mencari petunjuk lagi, tetapi hari sudah semakin gelap. Billy ingin mereka menyerah dan pulang saja ke rumah. Tetapi Olet menolak. Mereka sudah di tengah jalan untuk menemukan si pelaku.
“Guys, semangat. Ini baru 2 petunjuk. Dan kita ngga tau masih ada berapa petunjuk lagi. Kita ngga boleh nyerah, demi Olet. Okey?” Ujar Micell menyemangati teman-temannya.
Akhirnya mereka pun melanjutkan aksi mereka. Di pojok kertas tertulis sebuah kata,
“Blok 6, rumah biru”
Tanpa berpikir lama, Olet langsung mengetahui tempat itu. Karena rumah Olet juga terletak di blok 6. Dia sering melihat rumah biru yang sudah tua. Rumah kosong yang sudah tidak ada penghuninya. Setelah tahu dimana letak rumah tersebut, mereka langsung menuju kesana.
Rumah kosong itu terlihat sedikit menyeramkan karena saat itu matahari sudah terbenam sepenuhnya. Langit berubah menjadi gelap gulita. Rumah yang tak berpenghuni itu juga gelap, hanya ada 1 lampu teras yang menyala. Mereka berlima pun segera masuk ke dalam rumah kosong tersebut dibantu dengan flash dari gadget mereka masing-masing.
TOK TOK TOK
Billy mengetuk dan kemudian memutar kenop pintu rumah tersebut. Dengan pencahayaan yang sedikit, mereka berlima perlahan masuk kedalam rumah tersebut. Baru beberapa langkah dari pintu. Ryan menemukan sebuah kotak yang tergeletak di atas kursi. Tanpa berpikir panjang, Ryan segera mengambil kotak tersebut dan membukanya. Di dalam kotak itu terdapat kertas lagi. Mereka semua menghela napas lega karena mereka tidak membutuhkan waktu yang lama untuk menemukan petunjuk yang ketiga.
“Gedung kosong, sekolah, taman bermain”
Akhirnya mereka mendapatkan petunjuk yang ketiga. Entah apakah ini merupakan petunjuk yang terakhir, tapi mereka akan menemukan si pelaku secepatnya.
“Gedung, sekolah, taman bermain? Maksudnya apa deh?” tanya Billy kebingungan.
.....
“OH, TK! Gedung yang dipake buat sekolah, tapi ada taman bermain nya juga.” Ujar Bella
“Pinterrrr. Tapi TK yang mana? TK disini ada 3 coy. Masa mau nyari satu-satu.” Saut Olet kebingungan.
“Hmm di petunjuknya kan tulisannya gedung kosong, berarti TK yang udah ngga kepake.” Kata Micell.
“Yaudah ayo cepet kita kesana.” Ajak Olet kepada teman-temannya.
Sekolah itu sudah lama tidak digunakan karena TK yang baru sudah di pindahkan ke tempat yang lebih strategis. Ada rumor yang beredar setelah sekolah itu di tinggalkan, ada hantu yang menghuni sekolah tersebut. Pasalnya ada beberapa orang yang sesekali melihat penampakan tersebut. Wujudnya seperti manusia biasa, tapi siapa yang mau masuk ke dalam sekolah terbengkalai tersebut.
Sesampainya mereka di sana, Olet segera berlari masuk ke dalam sekolah. Teman-teman Olet juga ikut berlari memasuki sekolah terbengkalai tersebut.
“Let? Lu kenapa diem?” tanya Bella.
“Let? Heyyy, lu kenapa si diem aja?” Ucap Micell sambil mengguncangkan tubuh Olet yang diam mematung.
Setelah mereka melihat apa yang Olet lihat, mereka semua ikut menganga dan mematung. Sungguh tidak bisa di percaya. Satu ruangan yang di penuhi dengan foto Olet mulai dari dia kecil sampai umurnya saat ini. Dinding, pintu, dan jendela di penuhi dengan foto-foto Olet. Layar komputer yang di biarkan menyala menampakkan rumah Olet, jalan menuju rumah Olet, sekolah Olet, kelas Olet, dan tempat duduk Olet. Satu ruangan itu di penuhi dengan segala hal yang berhubungan dengan Olet. Bagaimana dia tidak histeris melihat itu semua. Selama ini ada yang selalu mengawasinya, oh bukan mengawasi, lebih tepatnya stalker.
“Kalian terkejut melihat ini?”
“Bil? Kamuuu??” Tanya Micell terkejut.
“Selama ini gua suka sama elo Let, gua tergila-gila sama elo. Dari kita TK di gedung ini gua udah suka sama elo. Dari taman bermain, rumah biru, dan sekolah ini, jadi tempat bersejarah kita Let. Kita selalu main di tempat-tempat itu.”
“Tapi ngga gini caranya Bil. Lu ga boleh berlebihan kaya gini. Kenapa lu harus gangguin Olet. Lu bisa ngomong langsung ke Olet kalo lu punya perasaan ke dia kan?” Tanya Micell kepada Billy.
“Ngga bisa Mi. Gua takut setelah gua bilang gua suka sama Olet, hubungan kita jadi canggung. Gua ngga mau hubungan gua sama Olet berakhir tragis kaya gitu.”
“YA TAPI GA GINI CARANYA BILLY!” teriak Olet frustasi.
“Sorry Let, gua ga bermaksud gangguin elo. Gua cuma terobsesi sama diri lo yang cantik, baik. Senyum lo tuh bersinar banget Let.”
“STOOOPPPPP!” Olet semakin frustasi mendengar jawaban Billy.
“Kalo lo peduli sama Olet harusnya lo ngga kaya gini Bil. Yang lo lakuin ini cuma nyakitin Olet.” Ujar Ryan.
Olet yang sudah tidak tahan berlari keluar meninggalkan sekolah. Micell, Bella, dan Ryan juga mengikuti Olet keluar dari sekolah tersebut. Billy yang di tinggal sendirian, hanya duduk mematung melihat layar komputernya. Sedikit merasa bersalah karena yang dia lakukan ternyata telah menyakiti orang yang dia sayang.
Sesampainya di rumah, Olet langsung memasuki kamarnya. Menangis sendirian memikirkan apa yang baru saja terjadi. Dia tidak mempercayai apa yang baru saja dia lihat. Teman masa kecilnya telah berubah menjadi seorang stalker menyeramkan.
Ibu Olet yang melihat Olet berlari ke kamar sambil menangis mengikutinya dari belakang. Ibu Olet tidak masuk ke kamar Olet, dia hanya mendengarkan tangisan dan keluhan Olet. Ibu Olet menganga tak percaya bahwa Billy sudah melakukan hal semenyeramkan itu.
Keesokan harinya, ibu Olet menghampiri Olet di kamarnya. Sejak tadi malam, Olet belum makan sedikit pun. Ibu Olet mengingatkan, walaupun yang dilakukan Billy salah, tapi setidaknya dia tidak menyakiti Olet, menyakiti dalam hal fisik. Ibu Olet menyarankan mungkin sebaiknya Olet menemui Billy dan menasihatinya agar tidak berlebihan dalam menyukai Olet. Setelah berpikir lama, Olet berencana mendatangi TK itu kembali bersama dengan teman-temannya.
Namun hal mengejutkan terjadi, Olet, Micell, Bella, dan Ryan melihat Billy menggantungkan dirinya. Ya, Billy bunuh diri. Menggunakan tali yang diikat ke kayu yang melintang diantara 2 tembok. Mereka amat sangat terkejut. Dan merekapun segera melapor polisi.
Permainan pun berakhir. Menyisakan Olet, Micell, Bella, dan Ryan sebagai pemenangnya. Mereka pun akhirnya bisa menjalani kehidupan yang normal kembali.
Zhafira Aqila N.
XI MIPA 5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar