David adalah seorang anak laki-laki yang terlahir dari keluarga yang dapat dibilang cukup kekurangan. Bapak David sudah meninggal sekitar 3 tahun silam. Sekarang ia hanya tinggal bersama dengan ibunya di sebuah rumah kontrakan yang sudah cukup tua. Ibu David bernama Sari, ia bekerja sebagai penjual kue tradisional keliling. David tidak mempunyai saudara, ia adalah anak tunggal. Tahun ini David akan naik ke kelas 4 SD. Di sekolah ia terkenal sebagai murid yang patuh, sopan dan senang membantu temannya yang kesusahan. David termasuk anak yang pandai dalam semua mata pelajaran. Tetapi ia memiliki kendala ekonomi yang membuatnya terancam tidak dapat bersekolah.
Hari ini adalah sepekan sebelum
diadakannya penilaian akhir semester. Para guru sibuk mempersiapkan soal dan
mendata siapa saja murid yang belum melunasi SPP. Sebab syarat mengikuti ujian
akhir semester salah satunya adalah melunasi SPP. Dan saat ini walikelas David
sedang membacakan siapa saja yang belum melunasi uang SPP, hingga tiba sang
guru berkata “David, kamu belum membayar uang SPP selama 4 bulan. Jika seperti
ini terus kamu bisa tidak naik kelas atau bahkan dapat dikeluarkan dari sekolah
karena tidak dapat membayar uang SPP.” Kata guru David. “Iya Bu, saya minta
maaf belum dapat melunasi. Saya akan berusaha untuk dapat melunasinya sesegera
mungkin sebelum ujian akhir semester dimulai,” ujar David kepada sang guru.
“Baiklah, akan saya tunggu. Tetapi jika kamu belum dapat membayarnya maka ibu tidak
dapat memberi perpanjangan waktu lagi untuk melunasi dan bisa jadi kamu tidak
dapat mengikuti ujian.” Kata walikelas.
Sepulang sekolah, David pun segera pulang
dan menemui ibunya. Ia membicarakan tentang uang SPP yang harus segera
dibayarkan. “Ibu bagaimana kita dapat mengumpulkan uang untuk membayar SPP
hanya dalam waktu kurang dari seminggu?” ujar David dengan sedih kepada ibunya.
“Entahlah Nak, dagangan ibu juga sedang sepi. Semoga saja kita segera dapat
solusinya agar segera bisa membayar SPPmu,” ucap Ibu Sari terhadap David.
Akhirnya sang ibu selain berdagang kue
keliling, ia pun juga mengambil pekerjaan sebagai buruh cuci dari rumah ke
rumah setiap harinya. Dan David akhirnya saat jam istirahat di sekolah ia
membantu ibunya dengan cara berjualan kue tradisional kepada teman temannya. Jika
kue itu belum habis terjual, maka sepulang sekolah ia akan berkeliling terlebih
dahulu agar kue dagangannya laku terjual semua.
Keesokan harinya sepulang sekolah David
harus berkeliling terlebih dahulu agar dagangan kuenya habis. Tetapi saat
sedang akan menyebrang jalan, David tidak terlalu memperhatikan keadaan sekitar.
Sehingga ia tidak melihat ada mobil yang sedang melaju tepat ke arahnya. Dan
suara klakson mobil tersebut yang menyadarkan David dari lamunannya dan ia pun
segera minggir ke tepi jalan. Sang pengendara mobil segera memarkirkan mobilnya
di pinggir jalan dan turun karena ingin memeriksa keadaan seorang anak yang
hampir ia tabrak. “Nak, bagaimana kondisimu, apakah ada yang terluka?” Ucap
pengendara khawatir. David pun menjawab “Tidak Bu, saya baik-baik saja tidak
ada luka. Saya mohon maaf karena tidak melihat saat menyebrang dan mungkin
mengagetkan ibu.” “Tidak apa-apa saya juga tidak melihat ada kamu tadi.” “Oh
ya, nama saya Miranda namamu siapa? “Ujar sang pengendara mobil. “Nama saya
David tante,” ucap David kepada Miranda. Lalu Miranda bertanya “Kamu hendak
kemana, bukankah ini sudah lewat jam pulang sekolah?” “Saya ingin berkeliling
menjual kue tradisional ini tante,” ucap David sambil menunjukkan keranjangnya
yang berisi banyak kue. “Bolehkan saya membelinya?” Tanya Miranda. “Boleh
silahkan tante ada banyak macam,” ucap David. Dan akhirnya Miranda pun melihat
berbagai macam kue tradisonal yang ada di keranjang lalu mengambil salah satu
jenis kue dan memakannya. “Wah, kuenya sangat enak David, siapa yang
membuatnya? Kata Miranda. “Itu ibu saya yang membuat kuenya tante,” ujar David.
“Karena kue ini sangat enak, bolehkah saya bertemu dengan ibumu? Kebetulan saya
sedang mencari kue untuk acara arisan di rumah saya dan kue buatan ibu kamu sepertinya
cocok untuk acara arisan, saya berencana untuk memesannya.” Ucap Miranda
menjelaskan. “Boleh tante,” ucap David. Lalu Miranda berkata “Ya sudah ayo naik
mobil tante dan tunjukkan arah ke rumahmu.” Setelah itu mereka berdua pun naik
mobil dan segera menuju ke kontrakan rumah David.
Sesampainya
mereka di rumah kontrakan, David pun langsung turun dari mobil Miranda lalu
mengetuk pintu rumah. Tak lama setelah ia mengetuk ibunya pun membukakan pintu.
“Assalamualaikum David sudah pulang bu,” ucap David gembira. “Walaikumsalam,” kata
ibu Sari. David pun berbicara “Ibu ini adalah tante Miranda aku bertemu dia di
jalan tadi, ia membeli kue jualanku lalu mengatakan kue buatan ibu enak.” “Dan
tante, ini ibuku namanya Ibu Sari,” lanjut David. “Salam kenal saya Miranda.
Kedatangan saya kesini ingin memesan kue buatan anda untuk acara arisan saya
besok, apakah anda bisa membuatkannya,” tanya Miranda kepada Ibu Sari. “Masyaallah
terima kasih atas pujian anda terhadap kue saya, insyaallah saya bersedia untuk
menerima pesanan,” ucap Ibu Sari. “Baiklah saya pesan kue tradisional 100 buah
ya, besok siang akan saya ambil.” Kata Miranda. “Baik akan saya tunggu,” ucap
Sari. “Ya sudah bu, hari sudah mulai sore, saya pamit pulang,” ujar Miranda
kepada Sari. Akhirnya Miranda pun pulang dari rumah David setelah
berbincang-bincang sebentar dengan Ibu Sari.
Besok siangnya Miranda pun langsung menuju
kontrakan rumah David untuk mengambil kue pesanannya. Setelah ia memarkirkan
mobilnya ia langsung turun dari mobil dan mengetuk pintu rumahnya. “Assalamualaikum,”
ucap Miranda. “Waalaikumsalam,” ujar Ibu sari sambil membukakkan pintu “Eh Ibu
Miranda silahkan masuk,” lanjut Sari. “Maaf Bu, saya kesini ingin mengambil kue
pesanan, apakah sudah jadi?” Tanya Miranda pada Sari. “Sudah jadi pesanannya
Bu, sebentar saya ambilkan,” ucap Sari. Setelah itu Sari langsung mengambilkan
pesanan Miranda dengan segera lalu menyerahkannya. “Ini Bu, uang untuk membayar
pesanan kuenya,” kata Miranda. “Wah terima kasih Bu, tapi mohon maaf ini
uangnya sangat kelebihan Bu,” ujar Sari. Miranda pun berkata “Tidak apa-apa Bu,
saya sengaja itu sebagai permintaan maaf juga kemarin saya hampir menabrak anak
ibu saat ia sedang akan menyebrang di jalan.” “Masyaallah terima kasih Ibu
Miranda, semoga Allah membalas semua perbuatan baik anda kepada keluarga saya,”
kata Sari. Setelah itu akhirnya Miranda Pun pulang ke rumahnya.
Keesokan harinya Ibu Sari pun memberikan uang kepada David untuk digunakan melunasi uang SPP David yang menumpuk selama 4 bulan. Setelah David berangkat dan sudah sampai ke sekolah, David pun segera memberikan uang itu kepada gurunya agar ia bisa melunasi SPPnya dan dapat mengikuti ujian akhir semester. Berkat uang lebih yang diberikan Ibu Miranda, David pun masih dapat bersekolah dan tidak terancam dikeluarkan dari sekolah lagi.
Hasna Hanifah/XI MIPA 6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar