Pada pukul 4 sore sekitar waktu kepulangan sekolah, seorang perempuan dengan keadaan lelah yang terlihat sangat lusuh berlari dengan sekuat tenaga berusaha menghindari kejaran 3 orang siswi yang merupakan temannya sendiri bernama Rafael, Sierra, dan Karin, sebenarnya mereka bukan temannya melainkan musuhnya yang sangat ia benci. Mereka selalu saja mengganggu si perempuan itu yang bernama Hanny, tidak hanya mengganggu tetapi juga suka menghina Hanny yang dari keluarga miskin dan memerlakukannya dengan seenaknya. Tidak cuma Hanny yang merasakan, tetapi murid-murid lain yang terlihat lemah selalu saja diperlakukan tidak senonoh oleh mereka. Sialnya, akhir-akhir ini Hanny menjadi sasaran oleh mereka si Tukang Pembully itu.
“Hei, Jangan kabur kamu!” teriak Rafael yang langsung menangkap tangan Hanny.
“Ra, Plis jangan gangguin aku ya,” pinta Hanny dengan muka memelas.
“Enak aja,Kamu pikir kita bakal bebasin kamu!” bentak Karin yang langsung menjambak rambut Hanny.
“Aduuh, Jangan marah-marah gitu dong Karin nanti cepet tua lho,” balas Sierra dengan canda.
“Oke deh, Aku akan kabulin permintaanmu tapi dengan syarat serahin duit hasil jualan kamu di kantin,” lanjut Sierra dengan senyuman tetapi dengan nada mengancam.
“Pliss jangan gitu ya, duit ini untuk pengobatan kakekku yang lagi sakit,” jawab Hanny dengan memohon.
“Halah gak mau tau! cepet kasih duitnya atau kita yang ambil sendiri,” bentak Rafael yang langsung mengambil uang itu di kantong seragam Hanny dengan paksa.
Hanny hanya bisa diam dan pasrah atas tindakan mereka, ia tidak bisa melawan mereka karena kalah jumlah dan takut akan babak belur. Hanny hanya bisa menatap mereka yang membawa kabur duitnya dan dalam hati Hanny, ia menyimpan amarahnya yang sangat besar dan selalu berharap agar mereka mendapat balasan yang setimpal atas perbuatan mereka atau lebih baik mereka menghilang saja dari muka bumi ini. Hari ini, ia pun terpaksa harus pulang dengan berjalan kaki karena tidak bisa membayar ongkos angkot, padahal langit sudah menandakan akan turun hujan.
Ketika ia sedang berjalan kaki menuju rumahnya, ia menyibukkan dirinya sendiri dengan berbicara dalam hati menumpahkan keluh kesahnya.
“Kenapa sih hidupku gini amat, terlahir dari keluarga susah, gak bisa beli apapun yang aku mau, gak pernah jalan-jalan ke luar negeri, makan aja cuman bisa makan nasi sama tempe ,itupun kalau bisa makan tiga kali sehari,” keluh Hanny dengan muka cemberutnya.
“Lihat tuh Rafael, enak banget jadi dia, punya segalanya, punya rumah yang besar, sering jalan-jalan ke luar negeri bareng keluarganya, ia pun dengan mudahya bisa membeli barang-barang yang ia mau, bahkan barang-barangnya hampir semuanya bermerek dan mahal, nyebelin banget , kenapa sih hidup itu gak pernah adil?” lanjut Hanny dalam hati.
Sambil terus berjalan, Hanny tidak tersadar bahwa ia diperhatikan seseorang. Wanita paruh baya itu berjalan mendekati Hanny yang tengah sibuk dengan lamunannya.
“Halo Nak, Kamu mau bunga?” Sapa Penjual Bunga dengan senyuman yang langsung menyadarkan lamunan Hanny.
“Maaf, Bu, Saya lagi gak mau bunga dan sekarang saya juga gak punya duit buat beli bunga itu,” balas Hanny dengan ramah.
“Gak papa dek, ini gratis kok, ibu ikhlas ngasihnya,” tawar ibu ramah dengan menyodorkan setangkai bunga mawar ke Hanny.
“Aduh gak usah repot-repot, Bu,” tolak Hanny dengan lembut.
“Mawar ini bukan mawar biasa, ia bisa mengabulkan permintaan untuk pemiliknya,” jelas si Penjual Bunga. “Kamu ingin coba?” tawarnya dengan nada menyakinkan.
“Hahaha, Aduh, Bu jaman sekarang mana ada yang percaya gituan?” gelak Hanny dengan tidak percaya.
“Ibu tidak bercanda, untuk apa Ibu berbohong dengan hal ini? Mawar ini sangat ajaib, kau akan menyesal apabila tidak memilikinya, lagipula kesempatan ini cuman sekali, tidak ada salahnya kan untuk mencoba?” tawar si penjual Bunga dengan serius sambil menyodorkan setangkai bunga itu.
Seakan-akan terhipnotis dengan perkataan si Penjual Bunga itu, Hanny tanpa berpikir Panjang langsung menerima bunga itu. Tidak ada salahnya kan apabila mencoba untuk percaya dengan perkataan orang itu. Lagipula kehidupan Hanny sudah sangat melelahkan untuk dijalani.
“Kalau kau benar-benar ingin mencobanya, Ibu peringatkan kepadamu, kau boleh minta sebanyak apapun yang kau mau sampai mawar itu layu, tapi tidak dengan permintaan yang buruk terutama yang membahayakan orang lain,” peringat Si Penjual Bunga itu dengan tegas.
“Bagaimana kalau aku melanggarnya?” tanya Hanny dengan penasaran.
“Hmm, pastinya kau akan mendapatkan balasan yang sangat buruk,” balas Si Penjual Bunga itu dengan singkat.
*****
Sesampainya di rumahnya, Hanny menatap bunga mawar itu sambil memikirkan apa yang diucapkan oleh Si Penjual Bunga itu. Bagaimana bisa ia memercayakan perkataan omong kosong yang diberikan oleh orang yang tidak ia kenal sama sekali? Tapi bagaimana kalau perkataannya benar?
“Agh, sudahlah coba aja dulu, kalau misalnya orang itu berbohong, aku bersungguh- sungguh akan melempar dia ke luar angkasa,”
Sambil memegang setangkai bunga mawar itu, ia menutup mata dan berharap dengan sungguh-sungguh, ia meminta agar punya sepatu dan tas baru. Ketika ia membuka matanya, ia pun langsung memeriksa setiap sudut rumah. Tetapi tidak ada yang terjadi.
“Tuh kan, benar apa yang aku perkirakan, orang itu sudah berbohong!” ucap Hanny dengan penuh emosi. “Bisa-bisanya dengan bodohnya aku percaya dengan perkataan dia,” lanjutnya dengan langsung melempar kasar mawar itu ke lantai kamarnya. Lalu, Ia pun langsung memendam amarahnya dengan pergi tidur karena sudah larut malam.
******
Keesokan harinya
“Nak, Ayo bangun, hari ini kamu harus sekolah!” perintah ibu yang langsung diiyakan oleh Hanny.
“Nak, kemarin ibu membelikan sepatu dan tas yang kamu suka, kamu coba dulu ya,” pinta ibu dengan senyum ramahnya.
Dengan sigap, Hanny melihat sepatu dan tas baru yang ibunya belikan. Ia pun langsung terkejut ddengan apa yang ia lihat dan langsung menyadari bahwa ini semua karena mawar ajaib itu dan ternyata perkataan wanita itu tidak salah. Bagaimana ini bisa terjadi?
Setelah kejadian tersebut, kehidupan Hanny sangatlah bahagia, ia memohon banyak hal kepada setangkai mawar tersebut seperti memohon agar kakek sehat dan sembuh dari penyakit paru-parunya, dilariskan dagangannya yang ia titipkan di sekolah, memohon agar ibunya mendapatkan gaji dari pekerjaannya yang lebih banyak, memohon agar bisa makan makanan yang mewah, memohon bisa punya barang-barang branded, dan lain sebagainya. Semua permohonan Hanny tentu saja dikabulkan oleh bunga mawar tersebut. Dari hari ke hari, semakin banyak permohonan yang Hanny buat dan semakin menjadi-jadi, hal tersebut membuat Hanny sangat sombong dan serakah.
******
“Hei miskin, udah lama ya kita gak ketemu? Sapa Sierra sambil merangkul Hanny dengan kasar. Hanny pun langsung menepis tangan Sierra dan menatap tajam ke arah Rafael, Sierra, dan Karin.
“Ooo gitu, kamu udah mulai berani ya sama kita!” bentak Rafael yang langsung menarik kerah baju Hanny.
Mereka bertiga pun memaksa Hanny untuk masuk ke kamar mandi. Mereka pun tidak segan- segan mengurung Hanny di kamar mandi sekolah yang terkenal jorok dan sangat bau. Tetapi sebelum itu, mereka dengan paksa mengambil uang milik Hanny yang ada di saku bajunya. Hanny lagi-lagi tidak bisa melawan mereka yang sangat kuat dan hanya bisa menatap kepergian mereka. Hanny sangat kesal kepada mereka, ia memendam amarah besar di hatinya dan berharap seharusnya mereka mendapatkan azab oleh Allah saja atau lebih baik mereka dilenyapkan saja dari muka bumi ini. Kalau mereka bertiga tidak ada, hanny bisa melanjutkan kehidupannya yang mulai menyenangkan ini dengan damai. Di dalam pikirannya, Hanny langsung tertuju kepada setangkai mawar ajaib itu. Ia pun segera menggunakan berbagai cara untuk keluar dari kamar mandi itu dan berusaha untuk cepat-cepat pulang ke rumah untuk mengambil setangkai mawar ajaib itu.
******
“Hidupku sudah sangat terganggu karena ada kalian!” amarah Hanny sambil memegang setangkai mawar itu. “Kalau kalian tidak ada, hidupku pasti sudah sangat bahagia,” lanjut Hanny dengan menggenggam setangkai mawar itu dengan rasa penuh harap.
Dengan kesal Hanny memulai permohonannya.
“Wahai Bunga Mawar Ajaib, aku sudah sangat kesal atas perbuatan mereka bertiga, mereka harus mendapatkan balasan yang setimpal dengan apa yang mereka buat kepadaku!”
“Wahai Bunga, lenyapkanlah mereka dari muka bumi ini ! Buatlah mereka menyesal atas apa yang mereka lakukan! Hilangkanlah mereka untuk selama-lamanya!” teriak Hanny dengan tangannya yang menggenggam setangkai mawar itu.
******
Keesokannya, Ia pun menghilang. Yang kumaksud bukanlah Rafael, Sierra, dan Karin, tetapi Hanny lah yang menghilang. Hanny melupakan sesuatu yang sangat penting, yaitu perkataan Si Penjual Bunga. Hanny melupakan bahwa Ia tidak boleh untuk meminta permohonan yang buruk terutama yang dapat membahayakan orang lain, apabila Hanny melanggar, maka ia mendapat konsekuensinya.
Hanny pun tidak pernah kembali dan tidak ada yang menyadarinya, Keluarga Hanny pun lupa akan Hanny yang pernah menjadi bagian anggota keluarganya. Mereka tidak mengingat sama sekali tentang Hanny dan menganggap Hanny adalah orang yang mereka tidak pernah temui.
Ia pun sudah lenyap bagaikan di telan oleh bumi ini.
Nama: Deshana Dwi Andina
Kelas: XI Mipa 6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar