“RAYO!" teriak bunda
Rayo yang sedang asik bermain game pun terganggu dengan teriakan bendahara rumah itu.
"Kenapa sih bun?" ucap Rayo malas
"Ini kamar kamu berantakan banget, baju kotor dimana-mana, buku juga tergeletak gak jelas gitu, printilan motormu juga tuh, udah seperti bengkel aja kamarmu ini" omelan sang bunda.
Rey yang mendengar teriakan bundanya pun segera menuju ke arah suara tersebut.
"Masya Allah dik, kamarmu sungguh indah" puji Rey sedikit menyindir.
"Apasih lo, siap si paling indah," balas Rayo tak kalah judes.
"Ini kenapa malah mereka yang bertengkar" gumam bunda.
"Gamau tau ya Rayo, pokoknya nanti sore bunda harus udah liat kamar ini rapi, buku buku sudah tertata, dan baju kotor kamu sudah ada diruangan laundry," final sang bunda.
"Iyaa bunda ku sayang," balas Rayo dengan manja
Rey yang mendengar nada bicara kembaran nya tersebut memutar bola matanya dengan malas.
Bunda Xela pun turun keruang keluarga untuk menonton movie kesukaan nya, untuk menghilangkan penat nya terhadap anak kembarnya yang sedikit bandel tersebut.
"Hadeuh, namanya juga anak laki laki, harus sabar jeng," ucap bunda sambil memutar movie nya itu.
Tersisa mereka berdua dikamar Rayo, tak ada percakapan di antara mereka, karna Rey sebagai kakak yang baik ia membantu sang adik membereskan kamar nya. Karena merasa bosan, Rey akhirnya membuka pembicaraan.
"Tumben bunda ke kamar lo" Ujar Rey sambil menyusun buku ke rak buku.
"Mana gue tau, tiba-tiba kok," jawab Rayo dengan ketus
Beberapa jam kemudian Bunda Xela selesai menonton movie nya bersamaan dengan selesai nya acara beberes si kembar. Bunda lalu menaiki tangga menuju lantai dua, untuk mengecek kegiatan sikembar.
Saat bunda membuka pintu kamar.
"Nah kan enak nih dipandang, jadi menambah elegan," Ucap bunda dengan bangga nya.
"Oh ya besok bunda sama ayah mau ke London, ada acara bisnis ayah, bunda sebagai istri ya kudu ikut," Bunda menunjukan tiket perjalanan nya kepada kami
"Minimal oleh-oleh ya Bun," goda Rey dengan senyuman manisnya.
"Gampang," bunda menjentikkan jarinya.
Sebenarnya itu hanya alibi bunda tentang acara bisnis sang suami, yang sebenarnya adalah bunda ingin jalan jalan saja, melepas penat selama ini, dan juga jarang ada waktu bersama suami, kebetulan suami nya bisa cuti akhirnya dia merencanakan liburan kecil kecilan hanya untuk ia dan suami nya. INGAT ia dan suaminya saja.
"Woi bunda sama ayah kan mau keluar negeri, gimana kalau kita bareng yang lain?" tanya Rayo sambil mengusap motor kesayangan nya.
"Hm, gue ngikut deh, tapi kapan?. Gue sibuk bgt nih belum kelar tugas bahasa Jepang" jawab Rey tanpa mengalihkan pandangannya dari layar handphone.
"Yeu, tugas apa si lu? kita seangkatan beda kelas doang, kayanya gada rugas bahasa Jepang dah" Rayo sambil menatap Rey
"Duh lo ya, makanya nyimak kalau dikasi tugas, buaknnya tidur. Ga banyak sih." Rey mencoba meyakinkan Rayo
"Ya Allah, apaan dah? perasaan gue nyimak mulu." Rayo semakin penasaran dengan tugas yang Rey maksut
"Nonton anime" ujar Rey tanpa rasa bersalah sedikitpun.
"Itumah rutinitas lo, bukan tugas. Aelah gue kira beneran ada, mana udah keringetan gini" Ancang ancang Rayo ingin memukul Rey menggunakan kamus bahasa Jerman.
"Ceilah serius amat hidup lo, canda dikit napa" bercanda Rey.
Rayo tak menanggapi ucapan kakaknya, karna ia pikir beneran ada tugas yang belum ia kumpulkan, karna seingatnya ia selalu menyimak pelajaran bahasa Jepang, karena itu salah satu nata pelajaran favorit nya.
Keesokan harinya, Rey dan Rayo mengantar ayah dan bunda ke Bandara terdekat.
"Hati hati ya ayah bunda, semoga acara bisnis nya lancar, dan jangan lupa oleh-oleh ya" Peluk Rey pada ayah dan bundanya.
"Hm, kalian jaga rumah dan diri baik-baik ya" Ayah arga membalas pelukan Rey.
Begitupun Rayo, memeluk ayah dan bunda tak lupa memberi ucapan yang sama seperti Rey.
Setelah acara peluk-pelukan itu, bunda Xela dan ayah Arga menuju ruang tunggu.
"Kenapa mereka bilang lancar bisnisnya" heran Ayah
"Aku yang bilang kalau ada acara bisnis, hehe" tawa bunda dengan senyuman manisnya.
"oh" singkat ayah.
Saat perjalanan pulang dari bandara menuju kerumah, Rey dan Rayo tak banyak bicara dalam mobil, ntah apa yang terjadi di antara mereka berdua itu. Tapi karna Rey merasa keadaan ini canggung banget, akhirnya ia membuka pembicaraan.
"Btw, ntar malem jadi night ride nya?" tanya Rey sambil memfokuskan setirnya.
"Jadi" Singkat Rayo.
Rey sebagai kakak yang peka dengan adiknya itu akhirnya memberanikan bertanya.
"Lo kenapa? jadi benda gini" Heran Rey
"Gapapa, gue bingung aja. Motor gue itu bagusan hitam atau navy rada item dikit ya" pikir Rayo.
"Coba dua duanya" simpel Rey.
"Dikira gue bengkel coba ini coba itu" jengkel rayo
"Ya lagian lo aja kamarnya kaya bengkel kata bunda, mana banyak perintilan motor, banyak alat-alat bengkel, udah cocok buka bengkel aja kamar lo itu" perjelas Rey.
Rayo tak menanggapi ucapan Rey, karna ia lelah sekali berdebat dengan kakaknya.
Malam hari pun tiba, Rey dan Rayo bersiap siap untuk night ride. Rey dan Rayo memakai outfit serba hitam yang sangat senada dengan warna motor sport mereka. Mereka sangat tampan dengan outfit serba hitam, tak lupa mereka memang terlahir menjadi pria tampan.
"Udah siap?" tanya Rayo sambil memasang helm full face nya
Rey hanya merespon dengan anggukan.
Mereka melakukan night Ride pada jam 22:00, dimana keadaan jalanan saat jam itu sudah terbilang cukup sepi jadi mereka dengan leluasa lewat jalan beriringan bak geng-geng motor yang ada di movie yang suka di tonton bunda Xela. Jika kalian mengira mereka akan kebut-kebutan di jalanan, kalian salah besar, mereka malah mengendarai motor dengan kecepatan 40 km/jam saja.
Mereka melihat lampu-lampu yang bertengger di tepi jalanan, sambil memandangi indahnya langit malam dan merasakan dingin nya udara malam, namun mereka memakai pakaian yang cukup tebal, jadi itu cukup menetralkan rasa dingin nya.
Saat di perjalanan tiba-tiba Rey menyalakan lampun sen membelokkan ke kiri, ke arah sebuah taman yang terbilang sepi walau masih ada beberapa orang yang berada di sana hanya sekedar untuk bersantai melepas penat nya bekerja.
Rey pun melepas helm full face nya dan berjalan ke arah kursi taman yang kosong. Rayo hanya mengikuti tanpa bertanya, akhirnya mereka duduk bersebelahan.
"Langit nya indah banget ya, yo" tunjuk rey pada bintang-bintang di langit.
"Bener bang, inilah alasan kenapa kamar gue ada nuansa bintang dan bulan nya, karna itu adalah keindahan yang terindah" bangga Rayo
Rey agak terkejut mendengar kata "bang" yang keluar dari mulut Rayo, ini adalah pertama kalinya setelah 8 tahun lamanya ia tak mendengar kata-kata itu lagi dari adiknya.
Hati Rey sedikit menghangat mendengar kata-kata itu kembali setelah sekian lamanya.
"Tumben lo manggil gue bang" tawa Rey
"Haha pengen aja, mumpung lagi berdua doang" senyum Rayo.
Rey kemudian berdiri menuju tepi danau, Rayo yang terkejut pun menyusul kakaknya.
"Bang mau ngapain nanti jatuh" takut Rayo
"Abang pengen teriak sekeras-kerasnya" senyum Rey
Rayo hanya mengangguk tapi tetap setia berdiri di samping Rey.
"BUAT BINTANG BINTANG DI ATAS LANGIT, LO SEMUA HARUS TAU GUE TERHARU DI PANGGIL "ABANG" SAMA ADEK GUEE SETELAH SEKIAN LAMANYA" teriak Rey.
Rayo yang terkejut hanya bisa menahan senyuman nya, senyuman yang sangat manis.
Rey menghadap kesamping menghadap adiknya
"Tau ga kenapa gue ngajak kesini?" Tatap Rey
"Lo mau teriak-teriak ke bintang?" canda Rayo
"huft" Rey mengehela nafas nya kasar.
"Bercanda bang" tawa Rayo.
" Selama ini gue sebagai kakak merasa ga memberikan perhatian seperti kakak kepada adiknya pada umumnya. Gue ngerasa gue kita hanya seperti teman saja dikarenakan kesibukan masing-masing, gue pengen memulai kakak adik ini lagi dari sekarang" Tutur Rey dengan lantang.
"Gas bang Rey" Senyum Rayo mengembang, begitupun dengan senyuman Rey.
"mulai sekarang lo Jeffrayo Aleandro Argantara panggil gue bang Rey" Rey mengangkat jari kelingking nya ke hadapan Rayo.
"Dan mulai sekarang juga lo Jeffrey Alexandro Argantara panggil gue Ray, bukan Rayo" Rayo mengaitkan kelingking mereka berdua.
Senyum mereka bedua mengembang, yang pada masa kecilnya mereka seperti saudara membar yang saling melengkapi satu sama lain, bermain bersama, melakukan sesuatu bersama, saling mendukung satu sama lain.
Namun pada saat beranjak dewasa itu semua berubah total, mereka jadi sibuk dengan urusan masing-masing, tidak ada waktu bersama, dan datang hanya pada saat butuhnya aja.
Langit dengan hiasan ribuan bintang dan satu bulan menjadi saksi terikatnya nya kembali persahabatan kakak adik yang sebenarnya, dimana mereka saling mendukung dan selalu ada saat butuh maupun tidak.
Oleh : Giani Fatikha XI MIPA 6
Tidak ada komentar:
Posting Komentar