Resensi Novel Laut Bercerita


IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Laut Bercerita

Penulis Buku : Leila S. Chudori

Penerbit : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia)

Tahun Terbit : 2017

Jumlah Halaman : 379 

Harga Buku : Rp 100.000

ISBN : 978-602-424-694-5


SINOPSIS

Kisah dan narasi akan diceritakan melalui perspektif Biru Laut. Laut adalah seorang mahasiswa program studi Sastra Inggris di Universita Gadjah Mada, Yogyakarta. Ia sangat menggeluti dunia sastra dan tentunya tidak sedikit buku sastra klasik yang dimilikinya, baik itu buku sastra bahasa Indonesia maupun bahasa Inggris.


Laut gemar membaca berbagai buku karangan Pramoedya Ananta Toer yang ketika itu peredarannya dilarang di Indonesia. Hal itu yang menekatkan dirinya secara diam-diam untuk memfotokopi buku-buku tersebut di salah satu tempat yang disebut sebagai fotokopi terlarang. Mulai dari sana, dirinya bertemu dengan Kinan, salah satu mahasiswa FISIP yang memperkenalkan Laut akan organisasi Winatra dan Wirasena.


Dalam novel ini, diceritakan bahwa Laut beserta rekan-rekannya melaksanakan beberapa aksi atau gerakan untuk membela rakyat yang telah diambil haknya oleh pemerintah, salah satunya “Aksi Tanam Jagung Blangguan”.


Akan tetapi, jauh sebelum mereka melakukan aksi tersebut, Laut bersama teman-temannya berdiskusi terlebih dahulu yang dikenal sebagai diskusi kwangju. Dari situlah, awal mula Laut dan rekan-rekannya mengetahui dan mengenal arti dari sebuah pengkhianatan.


Diskusi kwangju yang semestinya berlangsung baik dan lancar justru terhambat karena adanya intel yang secara tiba-tiba mendatangi markas mereka. Namun, tidak ada yang tahu pelaku yang membocorkan diskusi mereka. Beberapa anggota dari organisasi Winatra sedikit menaruh curiga pada Naratama sebab dirinya tidak pernah tampak saat penangkapan dilakukan, tetapi itu hanyalah dugaan mereka. Belum diketahui kebenaran yang sesungguhnya seperti apa.


Sesudah melancarkan aksi tanam jagung di Blangguan, Laut beserta rekan-rekannya kembali ke terminal. Mereka berpisah-pisah, ada yang ke Pacet, kemudian ada yang ke Yogyakarta. Saat berada di ruang tunggu bis, terdapat sekelompok orang mencurigakan yang mengintai mereka. Hingga akhirnya, Laut, Bram, dan Alex, sementara yang lainnya entah melarikan diri ke mana.


Laut, Bram, dan Alex dibawa ke suatu tempat, semacam markas tentara. Di markas, sekelompok orang itu menginterogasi Laut, Bram, dan Alex. Tidak hanya diinterogasi, mereka pun diperlakukan secara tidak manusiawi, seperti disiksa, diinjak, dipukul, dan disetrum. Pertanyaan sekelompok orang tersebut tidak lain adalah siapa dalang atas aktivitas yang mereka lakukan.


Setelah kurang lebih dua hari satu malam, penganiayaan dan penyekapan itu pun berakhir. Laut, Bram, dan Alex dikembalikan ke terminal Bungurasih. Di terminal Bungurasih, Laut, Bram, dan Alex dijemput oleh kedua kakak dari Anjani. Mereka bertiga dibawa dan ditempatkan ke sebuah tempat yang aman di Pacet. Di sana ada Daniel, Kinan, Anjani, beserta teman-teman yang lain menunggu mereka.


Singkatnya, Laut diringkus lagi oleh sekelompok orang yang tidak dikenal, tepatnya tanggal 13 Maret 1998. Semenjak mereka menjadi buronan di tahun 1996 sebab organisasi Winatra dan Wirasena dikatakan berbahaya bagi pemerintah kemudian Sunu, Mas Gala, dan Narendra secara tiba-tiba hilang. Kemudian, lambat laun beberapa rekan-rekan yang lain pun hilang entah ke mana. Lalu, sekarang Laut disusul oleh Alex dan Daniel yang menghilang.


KEUNGGULAN NOVEL LAUT BERCERITA

Visualisasi karakter dan suasana dalam novel ini tampak sungguhan alias nyata. Terlebih, bagian di mana Laut beserta teman-temannya disiksa dan diperlakukan tidak manusiawi. Lalu, hal yang terpenting adalah novel ini berdasarkan kisah nyata pengalaman dari para aktivis yang sempat hilang dan diculik pada Maret tahun 1998 lalu, kemudian 9 berhasil kembali dan 13 lainnya dinyatakan hilang.


Lalu, novel Laut Bercerita bersifat edukatif. Hal itu dibuktikan bahwa di dalamnya memuat pengetahuan sejarah rezim Orde Baru, sejarah pergerakan dalam menegakkan keadilan sosial, dan asas demokrasi. Dengan begitu, setelah selesai membaca novel ini, ada banyak pengetahuan mengenai sejarah yang akan kalian dapatkan.


Selain itu, di balik suksesnya sebuah novel, tentu ada moral value yang dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari. Dalam novel ini, salah satunya adalah cara agar seorang manusia dapat memanusiakan manusia dari segala aspek. Tak hanya itu, novel Laut Bercerita dapat menjadi bahan teguran untuk negeri ini bahwa masih ada hal yang belum terselesaikan. Mereka, para aktivis atau orang-orang yang sengaja dihilangkan, layak untuk memperoleh dan mendapatkan bentuk keadilan.


Adapun cerita yang dihidangkan pun mengandung sedikit teka-teki, hal itu yang membuat para pembaca menjadi semakin penasaran akan akhir dari cerita novel ini. Pilihan kata dan penggunaan bahasa terbilang mudah dipahami sebab tak adanya istilah atau ungkapan asing yang menjadikan para pembaca sukar memahami isi cerita.


KELEMAHAN NOVEL LAUT BERCERITA

Laut Bercerita memang bisa dikatakan sebagai novel dengan genre historical fiction yang sungguh luar biasa. Akan tetapi ada sedikit kekurangan atau kelemahan dalam novel ini, seperti alur cerita yang digunakan ialah alur campuran atau maju mundur. Apabila para pembaca yang belum terbiasa dengan alur tersebut, akan cenderung kesulitan atau bingung. Hal itu karena dibutuhkannya sikap fokus dan pemahaman secara saksama supaya dapat mengikuti alur cerita dengan baik.


Kesimpulan Novel Laut Bercerita

Meski kisah yang dituangkan dalam novel ini terlihat fiksi, tetapi nyatanya perjuangan yang dilakukan oleh Laut dan kawan-kawannya adalah aksi nyata yang mana hal itu sebelumnya terjadi pula di rezim Orde Baru 1998. Tentunya ada langkah panjang dari para pejuang bangsa ini yang harus mereka tempuh. Hal itu tidak serta merta dilalui dengan mudah, tentu ada berbagai kesulitan yang mereka perjuangkan demi bangsa ini serta dipertunjukkan di masa sekarang.


Para pejuang rela untuk jatuh, lalu bangkit dengan harapan agar kelak di masa mendatang, semua tidak sama layaknya di zaman mereka. Dari semua perjuangan itu, banyak yang dapat kita petik dan teladani, serta mensyukuri dengan kehidupan sekarang ini yang mana lebih baik dari masa sebelumnya.




Avan Shencovey XI MIPA 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar