Resensi Buku Anne of Green Gables



Identitas buku

Judul               : Anne of Green Gables

Penulis           : Lucy Maud Montgomery

Penerjemah  : Maria M. Lubis

Penerbit         : PT. Mizan Pustaka

Waktu terbit : Mei 2022

Tebal               : 512 halaman


Sinopsis

   Novel ini menceritakan tentang kakak beradik bernama Marilla dan Matthew Cuthbert yang tinggal berdua di sebuah rumah bernama Green Gables. Mereka ingin mengadopsi seorang anak lelaki untuk membantu mengurus pertanian karena usia mereka yang semakin tua. Kedua saudara itu pun meminta kepada Mrs. Spencer untuk membawakan anak lelaki berusia sepuluh atau sebelas tahun dari panti asuhan melalui kereta. Mendekati waktu pemberhentian kereta, Matthew berangkat ke stasiun untuk menjemput anak tersebut. Akan tetapi, ia tidak menemukan satu pun anak lelaki ketika tiba di stasiun. Yang ia temukan hanyalah seorang gadis kecil yang sedang duduk di ujung peron. Matthew bertanya kepada kepala stasiun,  tapi sang kepala stasiun berkata bahwa tidak ada anak lelaki yang turun dari kereta melainkan seorang gadis kecil yang dititipkan untuknya. Yang pria itu maksud adalah gadis di peron yang tadi ia lihat. Matthew kemudian mendekatinya. Gadis itu terlihat sangat kurus dengan bintik-bintik di seluruh muka dan kepangan rambut merah menyala di kepalanya yang penuh dengan imajinasi. Karena tidak tahu harus berbuat apa, Matthew memutuskan membawa pulang gadis tersebut untuk mendiskusikannya dengan Marilla.

   Selama di perjalanan, sang gadis tidak berhenti bebicara. Tapi anehnya, Matthew yang biasanya pemalu dan kikuk dengan perempuan, merasa nyaman dengannya. Setibanya di Green Gables, Marilla terkejut ketika yang datang bukanlah seorang anak lelaki. Gadis kecil itu kemudian memperkenalkan dirinya sebagai Anne Shirley. Marilla tentu saja tidak setuju dengan kehadiran Anne yang ia anggap bukannya membantu justru akan merepotkan. Tapi, karena langit mulai gelap, ia mau tidak mau memperbolehkan Anne tinggal untuk sementara.

   Keesokannya, Marilla dan Anne pergi menemui Mrs. Spencer untuk berbincang mengenai apa yang telah terjadi. Mrs. Spencer menyatakan telah terjadi kesalahpahaman dan berjanji akan membawa kembali anak lelaki sementara Anne diserahkan kepada Mrs. Blewett. Akan tetapi, Marilla khawatir akan nasib Anne karena Mrs. Blewett dikenal memiliki tabiat yang buruk. Ia pun memutuskan untuk menerima Anne dan membawanya kembali ke Green Gables. Matthew yang sudah menunggu mereka merasa sangat lega ketika melihat Marilla pulang bersama Anne karena di lubuk hatinya ia mengharapkan Anne untuk tinggal. Anne sendiri merasa sangat bahagia dengan keputusan Marilla sebab ia belum pernah merasakan kehangatan keluarga. Sejak detik itu, dimulailah kisah keseharian Anne di rumah barunya, Green Gables, yang penuh dengan pengalaman seru.


Keunggulan

   Yang paling saya sukai dari novel Anne of Green Gables adalah pendeskripsian latarnya yang sangat rinci dan menggunakan susunan kata yang indah. Meskipun novel ini merupakan novel bahasa Inggris yang diterjemahkan ke bahasa Indonesia, tapi saya tidak menjumpai penulisan kata yang janggal atau kurang pas selama saya membacanya. Tokoh-tokoh dalam cerita ini pun memiliki ciri khasnya masing-masing. Selain itu, banyak sekali quotes atau perkataan dari para tokoh yang bisa pembaca ambil sebagai pelajaran hidup, seperti menerima dan mencintai diri sendiri, belajar dari kesalahan dan percaya bahwa setiap kesalahan yang diperbuat pasti ada hikmahnya, serta quotes lainnya yang disampaikan secara tersirat maupun tersurat. Di dalam novel ini, juga disertai beberapa ilustrasi yang dapat memanjakan mata pembaca di akhir setiap babnya.


Kekurangan

   Bagi orang yang terbiasa membaca cerita dengan alur kompleks seperti cerita fantasi sejenis Harry Potter, mungkin akan merasa bosan membaca novel  Anne of Green Gables karena ceritanya yang tidak memiliki konflik utama dan cenderung memiliki alur yang mengalir. Keseluruhan cerita ini didominasi oleh dialog atau percakapan antar tokoh yang cukup panjang dan bahkan bisa mengambil dua halaman penuh hanya untuk sebuah dialog, terutama pada tokoh Anne yang digambarkan sangat suka berbicara.


Nadiya Aulia Rahma (18) - XI MIPA 4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar