Menurut Wikipedia, tapak dara adalah perdu tahunan yang berasal dari Madagaskar, tetapi telah menyebar ke berbagai daerah tropika lainnya. Nama ilmiahnya adalah Catharanthus roseus (L.) Don. Di Indonesia, tumbuhan ini dikenal dengan bermacam-macam nama, seperti sindapor (Sulawesi), kembang tembaga (bahasa Sunda), dan kembang tapak dara (bahasa Jawa). Tumbuhan ini adalah tumbuhan hias pekarangan serta tanaman obat. Tapak dara merupakan salah satu tanaman obat dari famili Apocynaceae, spesies C. Roseus, ordo Gentianales, kerajaan Plantae, kelas Magnoliopsida, dan divisi Magnoliophyla.
Tapak dara merupakan tumbuhan semak pendek yang dapat tumbuh hingga 90 cm. Pangkal batangnya tegak dan mempunyai cabang-cabang yang panjang dan lentur, berwarna ungu/hijau muda. Daunnya tumbuh berseberangan, panjangnya 2,5 cm sampai 9 cm, berbentuk bulat telur dengan ujung yang meruncing dan berwarna hijau dengan urat pucat. Bagian batang dan daunnya biasanya memiliki rambut-rambut halus, tapi kadang juga tidak berambut. Memiliki 5 kelopak bunga yang warnanya berbeda-beda setiap pohon, seperti merah muda, putih, atau ungu muda dengan masing-masing panjangnya 1 cm sampai 2,8 cm dan dengan bentuk bulat panjang dengan ujung meruncing.
Daun tapak dara dimanfaatkan untuk penyakit diabetes, kanker, sakit tenggorokan, batuk, gigitan serangga, dan kondisi medis lain. Bahan kimia dalam daunnya juga digunakan untuk melawan kanker, seperti penyakit hodgkin, leukimia, atau sarkoma kaposi. Kandungan vinpocetine dan flavonoid yang terdapat pada ekstrak bunga daun tapak dara bisa membantu menyeimbangkan kadar kolesterol tubuh. Dua senyawa tersebut juga berperan aktif dalam membantu menurunkan trigliserida, kolesterol jahat, dan kadar kolesterol total. Kemudian, para ahli pengobatan herbal di wilayah Eropa memanfaatkan bunga tapak dara sebagai obat alami untuk diare, gusi berdarah, untuk mengatasi sakit kepala berputar atau vertigo, dan gangguan memori.
Nama: Maitsa' Aliyya Rahma
Kelas: XE
Absen: 12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar